Hi 2020 :)

Nothing special di tahun 2019. Rencana yang dibuat tahun lalu hampir semuanya tidak sesuai rencana awal. Tapi saya bersyukur atas itu karena ternyata ada rencana lain dari Allah untuk saya. Beberapa rencana yang Allah berikan untuk saya menyadari betapa bodohnya saya, saya juga menyadari betapa banyak kelemahan dalam diri saya.

Saya juga harus banyak bersyukur karena doa ditahun tahun sebelumnya banyak yang tercapai ditahun 2018. Salah satunya adalah mnjadi mahasiswi klinik. Ketika waktu preklinik dulu saya ingin sekali segera menjadi mahasiswi klinik *seperti kebanyakan mahasiswa lainnya*. Tetapi saya menyadari ketika diklinik kegiatan yang saya sukai malah banyak yang berkurang. Semenjak menjadi mahasiswi klinik saya sudah melepas semua organisasi ekstrakampus seperti ikadza, inmed smg, fuldmkg. Saya melepas semua itu karena saya ingin fokus koas. Tetapi ketika saya introspeksi ternyata tingkat kefokusan saya hanya 30%. 

Semenjak menjadi mahasiswi klinik saya juga secara tidak langsung semakin sering menahan diri untuk hidup tidak boros. Mungkin kalian yang juga menjalani koas seperti saya juga merasakan. Ketika ingin membeli sesuatu barang, pasti langsung teringat ada alat alat kedokteran gigi yang lebih penting dibeli. Apalagi -tidak hanya satu- dosen saya memberi masukan kepada kami. Bahwa investasi alat kedokteran gigi sangat tidak merugikan karena setiap tahunnya akan naik terus mengikuti harga dolar. Sebagai mahasiswa klinik, ingin rasanya membeli semua alat tetapi sayangnya harga alat kedokteran gigi tidaklah murah. Tidak sedikit yang harganya ratusan sampai jutaan. Jadi kudu menabung untuk membeli alat alat itu. Yang kalau kepepet harus beli segera terpaksa meminta uang orang tua. Disitu lah ketika saya berkumpul dengan teman seperjuangan berpikir "umur 22lebih tapi masih bergantung pada orang tua" dan teman teman seperjuangan saya alhamdulillah beberapa pnya jalan keluar. Ada yang bekerja menjadi gojek, asisten dokter gigi, usaha properti, dan lainnya. Saya salut kepada kalian yang bisa meringankan beban ortu (y). 

Ketika berkumpul dengan teman seperjuangan banyak sekali keluhan2 dari kita yang ternyata sama. Banyak dari teman2 saya yang berpikir kalau punya keahlian lain mungin saya tidak melanjutkan koas. Pikiran mereka itulah yang akhirnya saya tau kenapa Tasya Farasya dan kembarannya (beauty vlogger) tidak melanjutkan koas gigi. Karena mereka sudah dapat keahlian lain. Tetapi saya mempelajari lagi perjalanan hidup seorang Chairul Tanjung yang kala diwaktu sibuknya koas, beliau menekuni bidang bisnis sejak jaman kuliah dan Hanum Salsabila Rais yang sudah menjadi jurnalis sejak jaman kuliah juga. Walau mereka sudah menemukan keahlian lain mereka masih berjuang sampai akhirnya mendapat gelar drg. Mungkin banyaak sekali keluhan yang kalau mau dikeluhkan menjadi koas gigi. Tapi banyaak yang lebih berharga dari itu semua. Hal yang berharga itu mungkin sangat sederhana yang diabaikan. 

Sesederhana ketika kita mengedukasi kepada pasien2 kita untuk menjaga kebersihan gigi dengan cara sikat gigi rutin, dengan teknik yang tepat, serta alat bahan yang tepat. Mengedukasi untuk menyikat gigi sama saja kita menyampaikan sunnah nabi yang sering terlupakan. Berarti ketika kita mengedukasi untuk menjaga kebersihan gigi kemudian setiap pasien melakukan edukasi yang kita berikan insyaallah kita juga mendapat pahala, karena kita juga mengajak orang untuk menjalankan salah satu sunnah nabi. Sesederhana juga ketika kita membuat gigi tiruan pasien. Dengan membuat gigi tiruan sama saja kita sedang memperbaiki kualitas bacaan quran seseorang. Karena jika seseorang kehilangan gigi. Pasti susah untuk mengucapkan beberapa huruf hijaiyah. Padahal membaca alquran kalau sesuai huruf dan makhrajnya akan terhitung pahala. Jika digali lagi pasti banyak hal hal yang harus disyukuri menjadi koas gigi. 

Ditahun 2019 saya bersyukur, bertemu dengan ustadzah Iim al hafidzah lagi. Tahun 2018 saya sempet beberapa bulan tidak mempelajari ilmu quran (tajwid dan tahfidz) dan alhamdulillah bulan mei lalu saya bisa banyak belajar dengan beliau lagi tiap habis isya. Saya juga bersyukur bisa mengenal Laili yang juga saudara ustzh iim. Dia mau ngajarin saya belajar bahasa Arab. Alhamdulillah.

Ditahun ini saya harus jauh lebih baik dari tahun kemarin. Ada beberapa target yang saya kejar ditahun ini..Dimulai melawan rasa malas; menyelesaikan semua kasus koas; semakin banyak buku yang harus dibaca (saya juga ingin membuat resensi buku yang telah saya baca dan film yang saya tonton); istiqomah mempelajari quran dan menambah hafalan; istiqomah dateng ke kajian ilmiah tiap minggunya; mengganti gaya hidup menjadi zero waste (reduce, reuse, recycle) dan gaya hidup sehat (kurangi gula dan makanan gorengan, say no to fast food, kulit ayam, dan jeroan); istiqomah rutin olahraga (jogging/senam/renang); mempelajari masakan yang belum pernah saya buat,


dan yang terpenting untuk meningkatkan ibadah harian karena sejatinya hidup didunia hanya sementara.

Semoga target semua ini tidak hanyak menjadi omong kosong belaka.

Jangan lupa bersyukur untuk hari ini dan seterusnya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*🖊️10 Sebutan atau Laqab Huruf Hijaiyah dan Sebabnya*🖊️

Desain Preparasi Pasak

Perjalanan ke Rumah Ukhti Rinda^^