Jadi Bagaimana Kami Bertemu?
Jum’at, 26 Juni 2020.
Mamah saya di chat oleh seorang Ustadz, yang saya kenal juga sejak SMA. Ustadz tersebut mendeskripsikan siapa mas Sonny, sekolahnya dulu dimana, dimana kerjanya ke mama saya lewat chat. Kemudian secara singkat, mamah saya menanyakan bagaimana akhlak dan agamanya. Ya saya saat itu yang belum kenal siapa dia dan hanya tau namanya “Cristian” rada berpikir wah agak gimana gitu dan tau pendidikannya yang lulusan SMK dan kuliah jurusan teknik, membuat saya ragu pada awalnya. Karena selama ini saya berfikir bahwa anak SMK itu tidak pro terhadap pendidikan tinggi, teman-teman saya yang dulu memilih smk setau saya karena mementingkan bisa langsung kerja setelah lulus smk dan tidak lanjut kuliah. Nah sedangkan saya menginginkan memiliki suami yang pendidikannya minimal sama dengan saya atau lebih tinggi.
Esoknya, Mamah saya langsung meminta dia untuk bertemu di rumah saya
Minggu, 28 Juni 2020
Ba’da Isya Mas Sonny datang bersama Ustadz X dan waktu itu dirumah saya ada saya, mamah, Ayah, adek saya, dan tante saya. Kemudian dia memperkenalkan diri dihadapan kami. Siapa dia, dimana rumahnya, kerja dimana, bagaimana pendidikannya. Lalu dia memberi kesempatan saya untuk bertanya. Saya bingung ketika itu karena saya memang tidak ada persiapan mau tanya apa aja. Dia lelaki pertama yang datang kerumah ketika saya ada dirumah. Setahun yang lalu ada seseorang lelaki yang datang ke rumah tapi saya tidak sedang dirumah karena posisi saya ada di Semarang. Karena saya bingung, jadi saya menjelaskan apa aktivitas saya saat ini. Saya menjelaskan bahwa saya masih koas di kota semarang, selama pandemi ini tidak tau bagaimana nasibnya dan jika memang serius untuk nikah berarti harus LDM dan itu bagaimana? Kemudian jawaban dia cukup menjawab keraguan saya tentang pendidikan, bahwa dia seseorang yang sangat pro dengan pendidikan tinggi sehingga tidak masalah jika harus LDM karena pendidikan.
Obrolan kami malam itu cukup banyak, beberapa diantaranya apakah dia dan saya sudah siap menikah, bagaimana latar belakang keluarga kami, apa saja kekurangan dan kelebihan saya dan Mas Sonny, dan lain-lainnya. Setelah itu dia memberi batas waktu untuk saling mengenal dan menetapkan apakah lanjut ke tahap selanjutnya atau tidak sampai 3 minggu kedepan yaitu 18 Juli 2020. Selama itu kami disarankan untuk membuat cv taaruf dan sholat istikhoroh sesering mungkin. Ketika dia dan ustadz X pulang. Keluarga saya berdiksusi, dan menanggapi First Impression terhadap Mas Sonny. Alhamdulillah keluarga saya menilai mas Sonny baik diliat dari segi kerapian, tata bicaranya yang sangaat sopan, santun, teratur dan semua jawaban dia dari tanya jawab tadi sesuai apa yang diingankan oleh keluarga saya. Malah saya yang banyak mendapat kritik dari keluaga saya. Seperti kalau lagi ujian. Mungkin nilai dia A, nilai saya C. Kalau first impression saya sih, ya dia memang serius untuk menikah dan sudah ada persiapan banyak, dan karena saya belum ada rasa tertarik ke dia, saya rada kesel karena dia pake baju yang warnanya sama persis kaya kerudung saya yang saya pakai yaitu warna orange peach dan warna rok dan celana yang dia pake sama juga yaitu biru dongker. Ditambah setelah pertemuan itu adek saya mencie-cie-in yang membuat saya keluar tanduk hehe.
Selanjutnya kami membuat CV ta’aruf, saya membuat cv taaruf sangat detail secara jujur dan sangat terbuka. Saya lupa hari apa, kami sama-sama mengirimkan cv taaruf kami secara bersamaan melalui mamah saya. Alhamdulillah Mas Sonny juga membuat cv taaruf sangat detail. Bahkan Mas Sonny juga menampilkan beberapa testimoni tentang dia yang berisi kekurangan dan kelebihannya. Lalu saya mempelajari CV Ta’arufnya dan begitu juga sebaliknya. Ketika saya baca, saya merasa kok aktivitas yang dia lakukan selama ini sangaat mirip dengan apa yang saya lakukan. Dia datang kekajian islam, belajar tahsin, ikut kegiatan sosial. Sama seperti saya yang beberapa tahun terakhir diisi oleh hal-hal tersebut. Yang saya heran tentang aktivitas sosial. Wajar saja jika saya sebagai mahasiswi kesehatan ikut aktivitas sosial, eh ternyata anak teknik bisa juga ya ikut aktivitas sosial. Saya dan Mas Sonny ternyata juga mendapat ilmu pernikahan dari sumber yang sama yaitu buku Mahkota Pengantin, hanya saja saya mendapat penjelasan tentang isi buku tersebut dari Ustadz Khalid Basalamah sedangkan Mas Sonny dapat dari salah satu ustadz di Balikpapan.
Saya juga mencari tau tentang dia melalui teman-temannya yang Alhamdulillahnya beberapa teman kerjanya adalah teman saya waktu SMA yang saya kenal baik. Saya bertanya bagaimana sholatnya, bagaimana ngajinya, perlakuan dia ke teman-temannya, merokok atau tidak, bagimana akhlak dan agamanya dan lain-lain. Informasi yang saya dapatkan. Sangat MasyaAllah saya sangat minder.
Saya juga dibantu oleh adik saya untuk stalking social medianya dan adik saya cukup hebat bisa menemukan akun2 socmednya. Dan lagi lagi saya merasa minder atas prestasinya, dia sering menang lomba, saya juga tidak sengaja melihat IP nya di info beasiswa Balikpapan yang MasyaAllah.
Saya membaca riwayat organisasinya, dan saya ingat betul waktu SMP saya pernah berpartisipasi menjadi peserta dalam acara yang pernah diadakan oleh organisasinya yaitu Akademi Berbagi Balikpapan yang ketika itu dia jadi panitia. Dia juga bercerita ternyata dia pernah jadi peserta yang diadakan oleh organisasi yang saya ikuti yaitu English Community Balikpapan (ECB). Saya mengingat2 kok saya tidak merasa bertemu sama dia. Bahkan nama Sonny Cristian itu sangat asing padahal saya cukup kenal banyak sama orang2 yang ikut ECB. Dia cerita kenal si A, B, C yang merupakan teman dekat saya di ECB yang ternyata teman dekatnya waktu di SMK, sehingga saya heran sampai sekarang kenapa saya gak kenal dia.
Selama ta’aruf benar-benar saya menemukan banyak hal dan saya menilai dia sangat tawadhu sekali. MasyaAllah. Sehari setelah saling mengirim biodata, mamah saya meminta untuk saling mengenal melalui telpon, saat itu benar-benar saya sangat minder dan gugup sehingga saya lupa mau tanya apa. Jadinya mamah saya yang nanya-nanya dan dia juga banyak bertanya tentang diri saya. Beberapa diantaranya, kapan kemungkinan lulus koas, bagaiamana jika sudah menikah dia mutasi domisili kerja, apa peran istri, dan lainnya. Sedangkan mamah saya bertanya salah satunya berapa jumlah hafalannya.
Setelah nelpon saya merasa rugi sekali saya tidak bertanya apapun. Esoknya kami menelpon lagi yang diperantarai oleh mamah saya. Saat itu saya sudah mulai berani bertanya banyak hehe. Saya bertanya, Mengapa dia ingin menikah, bagaimana mempertahankan hubungan jika nanti LDM, menanyakan hal tentang visi dan misi yang telah dia tulis di CV, bertanya lebih detail bagaiamana kriteria fisik dan non fisik calon istri, bagaimana biaya kehidupan saya dan pendidikan saya pasca menikah, dan lain-lain. Alhamdulillah jawabannya sesuai lagi dengan yang saya harapkan. Jika diibaratkan ujian, dia dapat nilai A lagi, dan saya malah berfikir kok sesuai ya sama yang saya harapkan kok dia kaya tau kunci jawabannya wkwkwkw.
Belum seminggu kami saling mengenal, saya dapat info bahwa saya masuk koas dan harus kembali ke Semarang pada 20 Juli 2020. Padahal saya sudah mulai tertarik. Ada rasa kesel ketika dapat pengumuman itu karena saya langsung memberi kesimpulan sendiri, sepertinya saya tidak berjodoh dengannya. Karena memang jika harus balik tanggal 20 Juli, berarti tidak bisa ketahap selanjutnya dan jika menunggu saya balik lagi ke Balikpapan, mana mungkin bisa. Begitu pikiran saya.
Kemudian mamah saya memberi info kepadanya tentang pengumuman itu dan Mas Sonny meminta untuk 3 hari untuk memantapkan hati apakah dia ingin lanjut atau tidak. Baru 2 hari, mamah saya sudah menagih dan Alhamdulillah jawaban dia dan saya sama yaitu ingin lanjut ketahapan selanjutnya. Selanjutnya tahapan khitbah, persiapan nikah, dll akan saya ceritakan. InsyaAllah. Semoga Allah memberikan saya kesempatan untuk menulisnya.
Salam,
Ajeng Narita Caustina
Komentar
Posting Komentar