Maimunah binti Harits dan Mariyah Al Qibtiyah



Ibunda Maimunah adalah sosok yang terakhir dinikahi oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.


Keutamaan ibunda Maimunah diantara nya

Beliau Termasuk sosok yang ikut dalam perang tabuk, menjadi Tim medis.


Di antara tugas istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menyampaikan hukum-hukum syariat, aktivitas-aktivitas Nabi, yang tidak dilihat oleh masyarakat umum. 


-Mereka menyampaikan bagaimana Nabi mandi dan berwudhu. 

-Apa yang dilakukan Nabi sebelum dan saat tidur, juga saat bangun dari tidur. 

-Saat masuk dan keluar rumah, dan hal-hal lainnya yang tidak bisa diketahui secara detil kecuali oleh istri-istri beliau radhiallahu ‘anhunna. Merekalah yang senantiasa bersama Nabi saat di rumah.


Sebanyak 13 hadist yang diriwayatkan oleh ibunda Maimunah.


Ibunda Maimunah adalah sosok yang gemar beribadah, gemar bersedekah. Diantara Sifat istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu gemar bersedekah. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan taufiq oleh Allah, ini diantara Mutiara Hikmah dari para istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu gemar bersedekah.


Wafatnya

Ummul Mukmini Maimunah binti al-Harits radhiallahu ‘anha wafat di daerah Sarif. Sebuah tempat antara Mekah dan Madinah. Tempat pertama ia membangun rumah tangga dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Beliau wafat pada tahun 51 H/671 M, sebagaimana yang dikuatkan oleh Ibnu Hajar dan selainnya. Saat wafat, usia beliau adalah 80 atau 81 tahun


📚 Mengenal sosok Mariyah Al-Qibtiyah


📌 Nasab ibunda Mariyah. 


Nama lengkapnya adalah Mariyah binti Syama’un dan dilahirkan di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti.


Rasulullah mengirim surat kepada Muqauqis melalui Hatib bin Abi Baltaah, menyeru raja agar memeluk Islam. Raja Muqauqis menerima Hatib dengan hangat, namun dengan ramah dia menolak memeluk Islam, justru dia mengirimkan Mariyah, Sirin, dan seorang budak bernama Maburi, serta hadiah-hadiah hasil kerajinan dari Mesir untuk Rasulullah. Di tengah perjalanan, Hatib merasakan kesedihan hati Mariyah karena harus meninggalkan kampung halamannya. Hatib menghibur mereka dengan menceritakan tentang Rasulullah dan Islam, kemudian mengajak mereka memeluk Islam. Mereka pun menerima ajakan tersebut.


Rasulullah telah menerima kabar penolakan Muqauqis dan hadiahnya, dan betapa terkejutnya Rasulullah terhadap budak pemberian Muqauqis itu. Dan akhirnya Rasulullah shallallahu alaihi menikahi ibunda Mariyah, ia adalah sosok yang sangat cantiq. Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu.


Rasulullah shallallahu alaihi menikahi ibunda Mariyah pada tahun 7 H. Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah menjaganya dan kandungannya dengan sangat hati-hati. 


Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah dengan gembira.


Pada usianya yang kesembilan belas bulan, Ibrahim jatuh sakit. Mariyah bersama Sirin senantiasa menunggui Ibrahim. Suatu malarn, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan perasaan sedih Nabi bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Mariyah. Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.” Tanpa beliau sadari, air mata telah bercucuran. Ketika Ibrahim meninggal dunia.


Demikianlah keadaan Nabi ketika menghadapi kematian putranya. Walaupun tengah berada dalam kesedihan, beliau tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika menghadapi cobaan besar. Rasulullah mengurus sendiri jenazah anaknya kemudian beliau menguburkannya di Baqi’.


📌Wafatnya

Setelah Rasulullah wafat, Mariyah hidup menyendiri dan menujukan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Dia wafat lima tahun setelah wafatnya Rasulullah, yaitu pada tahun ke-46 hijrah, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah sendiri yang menyalati jenazah  Mariyah al-Qibtiyah, kemudian dikebumikan di Baqi’. Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia dan penuh berkah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*🖊️10 Sebutan atau Laqab Huruf Hijaiyah dan Sebabnya*🖊️

Desain Preparasi Pasak

Perjalanan ke Rumah Ukhti Rinda^^