Transkrip Materi BISA Pekan 1
✿•┈┈┈┈
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 01 :: Pengantar Ilmu Bahasa Arab
⌛ Durasi audio :: 14.51 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ِإ َّن ا ْل َح ْمدَ ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah pada pertemuan pertama ini, Insya Allah kita kan membahas tentang pengantar Ilmu Bahasa Arab.
Perlu kita ketahui bahwasanya Ilmu Bahasa Arab, memiliki beberapa cabang ilmu, diantaranya: Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Manthiq, Ilmu Balaghah, Ilmu ‘Arudh, dan yang lainnya.
Namun diantara sekian banyak cabang ilmu bahasa arab, ada dua ilmu yang harus dikuasai oleh pemula, yakni: Ilmu Nahwu, dan Ilmu Sharaf.
Dengan mempelajari ilmu nahwu dan ilmu sharaf, Insya Allah kita bisa membuat kalimat dalam bahasa arab, yang benar, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab. Adapun ilmu- ilmu yang lainnya, seperti Ilmu Manthiq, Ilmu Balaghah, Ilmu ‘Arudh, ini sudah tidak lagi membicarakan bagaimana cara membuat kalimat yang benar dalam bahasa arab, tetapi sudah sampai pada level bagaimana membuat kalimat yang indah, baik susunannya maupun maknanya.
Jadi kita sebagai pemula wajib untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu sharaf.
Pada dasarnya ilmu sharaf adalah bagian dari ilmu nahwu. Lalu apa bedanya antara ilmu nahwu dan ilmu sharaf?
🏵 Ilmu nahwu adalah:: ilmu yang mempelajari kedudukan kata dalam sebuah kalimat.
🏵 Sedangkan ilmu sharaf adalah:: ilmu yang mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasannya ilmu sharaf itu menyediakan kata- katanya, sedangkan ilmu nahwu itu memberikan kita kaidah bagaimana cara menyusun kalimat yang benar, dan termasuk di dalamnya bagaimana memberi harakat yang benar. Karena di dalam bahasa arab, perbedaan harakat bisa menyebabkan perbedaan makna.
Baiklah, untuk kita bisa lebih memahami perbedaan antara ilmu nahwu dan ilmu sharaf, silahkan di buka *diktat Ilmu Sharaf Untuk Pemula* halaman 1. Disitu kita mengambil contoh kalimat:
🎀 َجلَ َس َزْيدٌ
Yang memiliki arti, “Zaid telah duduk”
Kalau kita lihat kalimat ini, maka kita bisa melihat peran ilmu sharaf dan peran ilmu nahwu dalam menyusun kalimat ini.
. َجلَ َس Pertama kata 🖍
ada alasan kenapa kata kerja yang di pilih adalah َجلَ َس , dan ada pula alasan kenapa َز ْيد , itu
memiliki harakat dhammahtain. tidak
atau
✅ َجلَ َس َزْيدٌ
❌ َجلَ َس َزْيدًا
❌ َجلَ َس َزْيٍد ✏ Kemudian yang kedua, ada juga alasan di balik kenapa kata َجلَ َس lebih di dahulukan
dari kata ٌَز ْيد . Jadi kita lihat:
🖍 َجلََسَزْيدٌ َزْيدٌ َجلَ َسbukan
Nah yang kita bahas ini adalah ilmu nahwu, karena kita mempelajari susunan kalimat, bagaimana cara kita menempatkan suatu kata dalam suatu kalimat.
🏮 Adapun ilmu sharaf dalam susunan kalimat ini::
َجلَ َس َزْيدٌ
memberikan peran dalam memberikan kata َجلَ َس -nya. kenapa yang di pilih adalah .itu memiliki 14 bentuk , َجلَ َس Sedangkan kita ketahui bahwasannya kata ? َجلَ َس
kemudian ada
yang memiliki arti "saya telah duduk", kemudian ada
yang "memiliki arti kamu telah duduk." Sedangkan
itu adalah kata kerja orang kedua tunggal laki-laki.
َجلَ َس, َجلَ ْس ُت,
َجلَ ْس َت,
َجلَ َس,
Nah kita mempelajari perubahan bentuk َجلَ َس , menjadi َجلَ ْس َت , menjadi َجلَ ْس ُت , dan perubahan bentuk yang lainnya dalam ilmu sharaf. Ini contoh yang pertama.
🎀 Kemudian contoh yang kedua, untuk kita lebih memahami perbedaan antara ilmu .ال َح ْمدُ ,nahwu dan ilmu sharaf, adalah misalkan kita gunakan kata yang sama
Di dalam al Qur’an, kita kadang menjumpai kata ُال َح ْمد dibaca dengan dhammah, yakni
pada al Fatihah, kita membaca:
💡 ا ل َ ح ْ م د ُ ِ َّ لِلّ ِ َ ر ِب ا ل َ ع ا ل َ ِ م ْ ي َ ن Namun di kesempatan yang lainnya, kita sering mendengar para khatib membuka
Kita perhatikan bahwasannya ال َح ْمد disini, kita baca dengan dhammah. khutbahnya dengan membaca:
💡 ِإ َّن ا ْل َح ْم د َ ِ َّلِلّ ِ . Kita perhatikan ال َح ْمد pada kalimat khutbah pembuka ini dibaca dengan harakat fathah,
bukan dhammah sebagaimana yang ada di dalam al Fatihah.
Kemudian di lain kesempatan kita melihat seorang ulama, al Imam al Baiquniy, pengarang kitab hadits, beliau memulai kitabnya dengan:
Ia membaca kata ال َح ْمد dengan kasrah. Perbedaan penyebutan harakat dari
💡 أ َ ْب د َ أ ُ ِب ا ل َح ْم ِد , ال َحْمدُ–ال َحْمدَ–ال َحْمِد,
pada tiga contoh yang sudah saya jelaskan tadi, ini di bahas dalam ilmu nahwu. Karena dalam ilmu nahwu, harakat itu sangatlah penting, bahkan perbedaan harakat, bisa menyebabkan perbedaan makna.
Contohnya misalkan kalau kita membuat kalimat sebagai berikut: Kita gunakan kata َض َر َب , yang memiliki arti memukul.
💡 َض َ ر َب َ ز ْ ي د ٌ َ ب ْ ك ً ر ا Kalau kita membaca kalimatnya seerti ini, maka maknanya adalah:: “Zaid memukul Bakr”.
Akan tetapi bila kita membacanya sebagai berikut:
💡 َض َ ر َب َ ز ْ ي د ً ا َ ب ْ ك ٌ ر Kita perhatikan bahwa perbedaan harakat, bisa merubah pelaku menjadi korban/objek.
Nah ini insya Allah nantinya akan dibahas dalam ilmu nahwu. Ini adalah contoh pengaplikasian ilmu nahwu.
🏮 Selanjutnya kita akan melihat contoh pengaplikasian ilmu sharaf.
.ح – م – د Kita masih menggunakan kata yang sama, yakni kata yang tersusun dari
Sering kita menjumpai, banyak sekali kata yang tersusun dari huruf ح – م – د. Dan semua kata ini, memiliki akar makna yang sama, yakni tidak jauh dari arti “pujian”.
Maka ini maknanya adalah, “Bakr memukul Zaid”.
Contohnya pada al Fatihah, sekali lagi, kita membaca: “segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Memiliki arti, “segala puji bagi Allah” Kemudian kita juga sering mendengar istilah:
lihat ada unsur ح – م – د, pada kata tersebut.
Dan kata ini maknanya tidak jauh dari kata pujian.
. ال َح ْمدُ ِ َّلِلِّ adalah istilah untuk dzikir, dari
kemudian nama Rasul kita, Nabi kita yang mulia صلى الله عليه وسلم, adalah
💡 ُم َح َّم د . lihat ada unsur ح – م – د, pada kata tersebut, yang artinya adalah “orang yang dipuji”
Kemudian Rasulullah juga dinamai dengan
💡أَ ْح َمد, َ Lihat ada unsur ح – م – د, pada kata tersebut, dan kata أ ْح َمد ini maknanya adalah “orang
yang paling terpuji”.
Kemudian kita juga sering melihat nama-nama islami yang sering digunakan oleh kaum muslimin, seperti contohnya adalah
💡 َحا ِمد. Kemudian kita juga sering mendengar kaum muslimin yang diberi nama dengan
Ini ada ح – م – د, dalam kata ini, dan maknanya adalah “orang yang memuji”.
Artinya adalah “orang yang dipuji”.
Kita juga pernah mendengar seseorang yang dinamakan dengan
ada unsur ح – م – د, pada kata tersebut, dan maknanya adalah “pujianku”.
💡 َم ْح ُم ْو د . 💡 َحْمِدي,
Kita bisa melihat bahwa untuk kata ح – م – د, memiliki banyak sekali variasi kata. Dan inilah yang dibahas dalam ilmu sharaf.
❗Kesimpulannya ❗
💢 Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari susunan kalimat, baik harakatnya maupun letaknya.
💢 Adapun ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk, dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
💡 ا ل َ ح ْ م د ُ ِ َّ لِلّ ِ َ ر ِب ا ل َ ع ا ل َ ِ م ْ ي َ ن ا ل َح ْم د ُ
💡 ت َ ْح ِم ْي د ,
ت َ ْح ِم ْي د
Ilmu nahwu dan ilmu sharaf ini sering disebut oleh para ulama dengan istilah ilmu alat, karena memang ilmu ini adalah alat atau kunci untuk membuka cakrawala Islam. Ilmu nahwu dan ilmu sharaf adalah kunci untuk mempelajari seluruh cabang ilmu Islam.
Tidak mungkin kita bisa mempelajari tafsir dengan baik, kecuali setelah kita mempelajari sharaf.
Tidak mungkin kita mempelajari hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan baik, kecuali setelah kita mempelajari bahasa arab.
Tidak mungkin kita bisa memahami lautan ilmu yang luas dari para ulama, yang bisa kita jumpai pada kitab-kitab mereka, kecuali setelah kita mempelajari Bahasa Arab.
Benarlah perkataan seorang penyair yang mengatakan:
النَّْحُوأْولَىأََّوًلًأَْنيُْعلََم* ِإِذاْلَكَلاُمدُْونَهُلَْنيُْفَهَم
“Ilmu nahwu (yang mencakup ilmu sharaf), adalah ilmu pertama yang paling utama untuk dipelajari,,
karena perkataan (baik perkataan Allah dalam al Qur’an, perkataan Rasulullah dalam haditsnya, perkataan ulama dalam kitab-kitabnya), tidak dapat dipahami kecuali setelah kita memahami ilmu nahwu dan ilmu sharaf.”
Oleh karena itu yaa ikhwah, marilah kita berdo’a kepada Allah سبحانه وتعالى agar kita diberi kemudahan untuk mempelajari ilmu nahwu dan ilmu sharaf.
Demikian pelajaran kita yang pertama, semoga apa yang saya berikan bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 02 :: Mengenal Fi’il, Isim, Huruf
⌛ Durasi audio :: 18.47 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ِإ َّن ا ْل َح ْمدَ ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah pada kesempatan pelajaran yang kedua ini kita akan membahas tentang 3 (tiga) jenis kata dalam Bahasa Arab.
Bila sebelumnya pada pelajaran yang pertama kita telah mengetahui bahwasanya ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Maka ada baiknya sebelum kita masuk lebih dalam ke ilmu sharaf, terlebih dahulu kita memahami pembagian kata, atau jenis-jenis kata dalam Bahasa Arab.
Dalam Bahasa Arab, semua kata itu terbagi menjadi 3 (tiga) jenis. Mungkin kalau di bahasa kita, Bahasa Indonesia, kita sering mendengar istilah: kata kerja, kata benda, kata bantu, kata tanya, kata hubung, dan penamaan kata yang lainnya. Di dalam Bahasa Arab, seluruh kata akan terbagi menjadi tiga jenis:
١◾ال ِف ْع ُل – fi’il ٢◾ا ِلً ْس ُم – isim ٣◾ ال َح ْر ُف – huruf
♻ Sekarang kita akan membahas satu per satu tiga jenis kata ini. 1⃣. Fi’il
Secara sederhana, kita bisa mengatakan bahwa fi’il adalah kata kerja, meskipun pada pelajaran yang lebih lanjut, nantinya kita akan mengetahui _tidak semua fi’il adalah kata kerja. Tetapi seluruh kata kerja sudah pasti fi’il._
Contohnya adalah kata :
maknanya adalah “telah baik”.
َص ل ُ َح
ِإذَا َصلُ َح ْت َصلُ َح ال َج َسدُ ُكلُّهُ
Dari sisi makna saja, kita bisa mengetahui bahwa “telah baik” ini bukanlah kata kerja, tetapi lebih kepada kata sifat.
Contohnya dalam sebuah hadits, ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjelaskan bahwasanya di dalam tubuh ini ada segumpal darah,segumpal daging, yang
apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad/tubuh.
Kalau kita perhatikan bahwa kata َصلُ َح , jelas tidak mengandung makna kata kerja. Karena memang kalau kita lihat literatur ilmu nahwu, definisi fi’il adalah:
💠 * َك ِل َمةٌ دَلَّ ْت َعلَى َمعنًى في نَف ِس َها َواقتَ َرنَ ْت ِب َز َم ٍن* 💠 *fi’il adalah kata yang mengandung sebuah makna yang berkaitan dengan waktu
kejadian.*
Jadi fi’il adalah suatu kata yang mengandung sebuah makna yang berkaitan dengan waktu kejadian, jadi ada keterangan waktunya. Oleh karena itu tidak semua fi’il adalah kata kerja, tetapi semua kata kerja adalah fi’il, karena kata kerja pasti mengandung keterangan waktu.
Baik, kita tidak akan berlama-lama membahas tentang ini, karena Insya Allah ada tempatnya untuk membahas pembahasan ini.
Kita lanjutkan bahwa fi’il (kata kerja) dalam bahasa arab itu terbagi lagi menjadi 3; fi’il madhi, fi’il mudhari, dan fi’il amr.
🅰. Fi’il madhi
Adalah kata kerja untuk masa lampau, artinya untuk perbuatan yang telah dilakukan di masa lalu. Atau kalau kita pernah belajar bahasa inggris, fi’il madhi adalah past tense, contohnya:
َع ِل َم Adalah kata kerja untuk perbuatan yang sedang terjadi atau akan terjadi, contohnya:
artinya adalah “telah mengetahui”. 🅱. Fi’il mudhari’
kalau
“telah mengatahui”, maka
artinya adalah “sedang mengetahui” atau “akan mengetahui". 🆎. Fi’il amr
Adalah kata kerja perintah, contohnya adalah :
artinya “ketahuilah”.
َي ْعلَ ُم َع ِل َم
َي ْعلَ ُم
اِ ْعلَ ْم
Kata “lihatlah”, “tulislah”, “pukullah”, “pelajarilah”, ini semua disebut dengan fi’il amr (kata kerja perintah).
Contoh fi’il madhi, fi’il mudhori’ dan fi’il ‘amr dalam Al Qur’an untuk kata َع ِل َم bisa kita lihat: Untuk Fi’il madhi :: َع ِل َم , ada di surat Al Baqoroh 187
💡َعِلَمأََّلِلُّأَنَُّكْمُكْنتُْمتَْحتَاَنُْوَنأَْنفَُسُكْمفَتَاَب َعلَْيُكْمَوَعفَاَعْنُكم ”Allah telah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu...”
َع ِل َم ini disebut dengan fi’il madhi, karena fi’il madhi maka maknanya adalah telah, "telah
mengetahui".
kemudian yang kedua َي ْعلَ ُم:: ’Fi’il mudhari

bisa kita jumpai di surat yang sama, Al Baqoroh ayat 216
“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
💡 َو ا َّلِلّ ُ َي ْع ل َ ُم َو أ َ ْن ت ُ م لً َ ت َ ْع ل َ ُم ْو َن
Kata َي ْعلَ ُم adalah fi’il mudhari’, َوا َّلِلُّ َي ْعلَ ُم (Allah mengetahui), artinya Allah itu sekarang tahu dan akan tahu seterusnya, karena makna fi’il mudhari’ adalah berlangsung dan akan terus sampai masa mendatang.
Kemudian yang ketiga
Fi’il ‘amr اِ ْعلَ ْم bisa kita jumpai dalam surat yang sama yaitu Al Baqoroh 260 َ َ
💡 و ا ْع ل م أ َّن أ لِلّ ع ز ْي ٌز ح ِك ْي م ٌَََََِْ
“Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
kata اِ ْعلَ ْم merupakan fi’il amr dan maknanya sangat jelas, “ketahuilah”, kata kerja perintah.
Alhamdulilah kita telah belajar pembagian fi’il:: fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan fi’il ‘amr. Kemudian, jenis kata yang ke-2 adalah Isim
2⃣. Isim
Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa isim adalah kata benda. Berbeda dengan fi’il yang hanya terbagi menjadi 3 jenis (fi'il madhi, mudhari’, & ’amr), isim memiliki pembagian lagi yang lebih banyak.
♨ Berdasarkan jumlah, isim bisa dibedakan menjadi : 1▫ Isim mufrad (kata tunggal)
2▫ Isim tatsniyah/isim mutsanna (kata ganda)
3▫ Isim jama’ (kat jama'/banyak atau lebih dari 2)
Ini perlu kita catat karena berbeda dengan Bahasa Indonesia yang hanya membedakan antara kata tunggal dan kata majemuk, maka di Bahasa Arab ada kata tunggal, ada kata ganda dan ada kata jama’. Jadi yang disebut dengan jama’ dalam bahasa arab adalah yg lebih dari 2, kalau 2 disebut dengan kata ganda/ isim tatsniyah/ isim mutsanna. Ini pembagian isim berdasarkan jumlah.
♨ Berdasarkan jenis, isim bisa dibagi menjadi isim mudazakkar dan isim muannats. 1▫ Isim mudzakkar itu artinya gentle/laki2
2▫ Isim muannats itu artinya feminin/perempuan
Ini adalah pembagian isim yang paling populer (berdasarkan jenis dan berdasarkan jumlah). Dan memang kedua jenis pembagian ini, wajib diketahui oleh seluruh pemula yang ingin mempelajari Bahasa Arab. Insya Allah kita akan membahas lebih lanjut tentang pembagian isim menurut jumlah dan pembagian isim menurut jenis pada kesempatan yang akan datang.

🔆 Selain 2 jenis pembagian isim ini, ada satu jenis isim lagi yang harus kita pelajari sebagai pemula yakni isim dhamir atau kata ganti.
Kalau dalam bahasa kita, kita hanya mengenal kata ganti orang pertama seperti: saya & kami, kemudian kata ganti orang ke 2 seperti: kamu & kalian, kemudian kata ganti orang ke 3 seperti, dia & mereka.
Dan dalam bahasa kita, kita hanya membagi kata ganti orang pertama tunggal, dan kata ganti orang pertama jama’, kata ganti orang kedua tunggal, kata ganti orang kedua jama’, kata ganti orang ketiga tunggal dan kata ganti orang ketiga jama’, ini di dalam Bahasa Indonesia.
Di dalam Bahasa Arab selain ada kata ganti orang pertama tunggal dan jama’, juga ada kata ganti ganda. Jadi kata ganti tunggal, kata ganti ganda, dan kata ganti jama’. Selain itu antara laki-laki dengan wanita itu dipisahkan, sehingga kalau kita jabarkan kata ganti dalam bahasa arab itu ada 14, berbeda dengan Bahasa Indonesia yang hanya ada 6 yaitu: saya, kami, kamu, kalian, dia, dan mereka.
Tetapi dalam Bahasa Arab, ada: saya, kami, dia laki-laki tunggal, mereka laki-laki berdua, mereka laki-laki jama’, dia wanita tunggal, mereka wanita berdua, mereka wanita jama’, dst. sehingga jumlahnya menjadi 14. Insya Allah kita akan membahas lebih lanjut tentang isim dhomir ini pada pelajaran yang selanjutnya.
Kemudian jenis kata yang ke 3 dalam bahasa arab disebut dengan huruf.
3⃣. Huruf
Huruf yang dimaksud di sini bukan seluruh huruf hijaiyyah (dari alif, ba, ta, tsa, dst), tetapi huruf yang dimaksud dalam ilmu nahwu dan sharaf adalah huruf hijaiyah yang memiliki arti, baik tersusun dari 1 huruf saja atau 2 huruf atau 3 huruf. Jadi huruf hijaiyah ada yang yang memiliki arti khusus, baik yang 1 huruf, 2 huruf maupun 3 huruf.
© Contoh huruf hijaiyah yang 1 huruf namun memiliki arti adalah
,”artinya “apakah أَ
,”artinya “dengan ِب
kita bisa , َوا َّلِلِّ bisa digunakan untuk huruf sumpah, jadi selain kita bersumpah dengan َت
تَا َّلِلِّ juga bersumpah dengan
َف َس َك ِل َو
maknanya adalah “maka”,
artinya “akan”, , “seperti”,
“untuk”, ,“dan”.
Ini contoh 1 huruf hijaiyah yang memiliki arti.
© Selanjutnya akan kita lihat contoh 2 huruf hijaiyyah yang memiliki arti:
”artinya adalah “dari ,ن dan م tersusun dari huruf , ِم ْن
dari” juga artinya“ َع ْن di , ِفى

artinya tidak akan لَ ْن artinyatidak/belum لَْم
© Contoh 3 huruf hijaiyyah yang memiliki arti:
”artinya “ke ِإلَى
”artinya “di atas َعلَى
Inilah pembagian kata dalam bahasa arab, yang terbagi menjadi 3 :: fi’il, isim dan huruf.
Supaya kita lebih kuat pemahamnnya, maka saya kan mengulang kembali bahwa kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi 3, ada: fi’il, isim dan huruf.
*Fi’il* sendiri terbagi lagi menjadi 3, yakni: fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan fi’il ‘amr. Fi’il madhi adalah kata kerja untuk perbuatan yang telah lampau (past tense), fi’il mudhari’ adalah kata kerja untuk perbuatan yang sedang berlangsung atau akan berlangsung di masa mendatang (present continuous tense & future tense), kemudian fi’il ‘amr adalah kata kerja perintah.
Jenis yang ke-2 adalah *isim*, berbeda dengan fi’il yang hanya terbagi menjadi 3, isim banyak sekali jenisnya, namun untuk pemula yang harus diketahui, yang wajib dipahami, pembagian isim berdasarkan jumlah: ada isim mufrad (kata tunggal), ada isim tatsniyah (kata ganda), dan ada isim jama’ (kata majemuk/jama'). Kemudian isim berdasarkan jenis ada isim mudzakkar (laki-laki), ada isim muannats (perempuan) dan 1 jenis isim lagi yang wajib dipelajari adalah isim dhamir (kata ganti) dalam bahasa arab yang jumlahnya ada 14 kata ganti.
Dan terakhir *huruf*, jenis terakhir kata dalam Bahasa Arab adalah huruf, dan huruf yang dimaksud dalam ilmu nahwu dan sharaf adalah huruf-huruf hijaiyyah, baik 1, 2, atau 3 huruf, yang memiliki makna khusus contohnya َأ (apakah), ِب (dengan), ِل (untuk). Yang 2 , َعلَى ke”, dan“ , ِإلَى :dari), kemudian yang 3 huruf contohnya( َع ْن ,)dari( ِم ْن :huruf contohnya “di atas”.
Demikianlah pelajaran kita yang kedua, semoga yang saya jelaskan bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 03 :: Ciri Fi’il Isim Huruf
⌛ Durasi audio :: 17.53 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, Insya Allahu Ta’ala kita akan membahas tentang ciri-ciri isim, fi’il, dan huruf.
Pada pelajaran sebelumnya kita telah mempelajari bahwasanya unsur penyusun kalimat ada 3 (tiga):
1⃣. Kata kerja, atau fi’il,
2⃣. Kata benda, atau isim,
3⃣. Huruf, yaitu susunan dari beberapa huruf yang memiliki arti, baik satu huruf, dua huruf, maupun tiga huruf
Bagi pemula terkadang kita sulit untuk membedakan, mana yang fi’il, mana yang isim, dan mana yang huruf. Ini dikarenakan perbendaharaan kata bagi para pemula itu masih sedikit, sehingga terkadang kita masih bingung mana yang fi’il, mana yang isim, dan mana yang huruf.
Oleh karena itu ada baiknya kita mengenali beberapa ciri fi’il, isim, maupun huruf. Hal ini insya Allah akan membantu bagi para pemula untuk mengenali mana yang fi’il, mana yang isim, dan mana yang huruf. Sekalipun kita tidak mengetahui maknanya, kita insya Allah bisa membedakan mana yang fi’il, mana yang isim, dan mana yang huruf, dengan melihat ciri-ciri fi’il, ciri-ciri isim, dan ciri-ciri huruf.
Thayyib, yang pertama kita akan membahas:
🔵 Ciri-ciri Fi’il
Ada beberapa ciri-ciri fi’il:
1⃣. Didahului oleh huruf َق ْد (qad)
Yang artinya adalah “sungguh”. Tetapi selain artinya "sungguh", huruf ْقَد artinya bisa juga bisa “terkadang”.
Kaidahnya kalau setelah huruf ْقَد, fi’il madhi, itu artinya “sungguh”, tapi kalau setelah huruf
.”fi’il mudhari’, artinya adalah “terkadang ,قَدْ
Apabila ada kata dalam bahasa arab yang didahului oleh huruf ْقَد, maka sudah pasti kata tersebut adalah fi’il.
Saya ulangi!
Seluruh kata dalam bahasa arab yang diawali dengan huruf ْقَد sudah pasti kata tersebut merupakan fi’il.
©Contohnya dalam lafadz iqamah:
💡قَدْقَاَم ِتال َّصَلاةُ,قَدْقَاَم ِتال َّصَلاةُ .قَدْ merupakan fi’il, karena ia didahului oleh huruf ,“قَا َم ْت“ Maka lafadz
©Kemudian contoh yang lain: Di dalam Surat al Mu’minun:
💡 ق َ د ْ أ َ ْف ل َ َح ا ْل ُم ْؤ ِم ن ُ و َن
“sungguh beruntung orang-orang yang beriman”
.قَدْ merupakan fi’il, karena ia didahului oleh huruf , أَ ْفلَ َح Maka kata .قَدْ Thayyib, ini ciri fi'il yang pertama: didahului oleh huruf
َسDidahului oleh huruf .2⃣
, َس Yang artinya adalah “akan”. Semua kata dalam bahasa arab yang didahului oleh huruf maka dia adalah fi’il.
©Contohnya adalah di dalam surat an Nabaa’
💡 َك َّلا َس َي ْعلَ ُمو َن . َس َي ْعلَ ُمو َن menjadi , َس merupakan fi’il, karena didahului oleh huruf َي ْعلَ ُمو َن Maka
© Kemudian contohnya lagi dalam surat al Baqarah ayat 142, disana disebutkan:
💡 َس َي ق ُ و ُل ا ل ُّس ف َ َه ا ُء ِم َن ا ل ن َّ ا ِس “Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia, nanti akan berkata”
. َس merupakan fi’il, karena ia di dahului oleh huruf َيقُو ُل Maka . َس Thayyib, ini ciri yang kedua:: didahului oleh huruf
سَ ْو َف Didahului oleh huruf .3⃣
Yang artinya sama dengan huruf َس , “akan”. Jadi baik َس maupun َس ْو َف , artinya sama-sama “akan”.
Bedanya َس ْو َف ini untuk sesuatu yang sifatnya jauh, adapun َس , untuk “akan” yang dekat. Mungkin perbandingannya kalau َس ْو َف itu besok-besok/kapan-kapan, sedangkan َس itu, besok.
Misalkan ketika kita ditanya oleh orang: “kapan kamu ke rumah saya?”, kalau kita bilangnya: “kapan-kapan” kita menggunakan َس ْو َف . Tapi kalau misalkan sudah pasti atau waktunya sudah ditentukan, misalkan: “Insya Allah hari sabtu saya akan ke sana”, maka . َس ini menggunakan
Tapi kalau waktunya belum ditetapkan, artinya belum ditentukan harinya, bisa . َس ْو َف menggunakan
Jadi beda antara َس dan َس ْو َف , kalau َس ini untuk waktu yang dekat ataupun ditentukan, kalau َس ْو َف untuk sesuatu yang jauh atau tidak ditentukan.
Thayyib, jadi kalau ada kata dalam bahasa arab yang didahului oleh huruf َس ْو َف , maka dia fi’il.
“sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui”
©Contohnya di dalam surat at Takatsur ayat 3:
. َس ْو َف merupakan fi’il, karena di dahului oleh huruf تَ ْعلَ ُمو َن Maka kata
💡َكَّلا َسْو َفتَْعلَُموَن–ثَُّم َكلا َسْو َفتَْعلَُموَن
4⃣. Diakhiri oleh huruf ta’ ta’nits
Ta’ ta’nits merupakan huruf ta’ yang berharakat sukun, yang letaknya ada di ujung suatu kata.
© Contohnya masih dalam lafadz iqamah:
💡 ق َ د ْ ق َ ا َم ْت ا ل َّص َلا ة ُ Maka قَا َم ْت, karena ada ta’ berharakat sukun di ujungnya, maka merupakan fi’il.
Mungkin akan ada yang bertanya, bukankah kalau orang yang iqamah itu bacanya:
Kasrah bukannya sukun.
قَدْقَاَم ِتال َّصَلاةُ
Ini merupakan cara bacanya, kalau tulisannya ُقَدْ قَا َم ْت ال َّص َلاة, itu ta’-nya sukun. Akan tetapi cara bacanya kalau ingin di washal, karena ada dua sukun yang bertemu, itu dibacanya
kasrah: asalnya
Ini kalau bacanya dipisah, tapi kalau mau disambungkan:
قَدْقَاَم ِتال َّصَلاةُ ق َ د ْ ق َ ا َم ْت ا ل َّص َلا ة ُ
قَدْقَاَم ِتال َّصَلاةُ
Jadi semua kata dalam bahasa arab, yang di ujungnya ada huruf ta’ yang berharakat sukun itu pasti fi’il.
Thayyib ini adalah 4 (empat) ciri fi’il.
🔴 Ciri-ciri Isim
1⃣. Didahului oleh huruf "al"
Semua kata yang ada “al”-nya di dalam bahasa arab, sudah pasti isim. ©Contohnya dalam lafadz basmalah:
💡 ِب ْس ِم اللهِ ال َّر ْح َما ِن ال َّر ِح ْي ِم Lafadz ال َّر ْح َما ِن dan ال َّر ِح ْي ِم, ada “al”-nya, maka َر ْح َمان dan َر ِح ْيم merupakan isim.
Dan “al”di sini berlaku untuk alif lam qamariyah, seperti: Dan juga alif lam syamsyiyah, seperti:
ا ل َح ْم د ُ
ال َّر ْح َما ِن dan ال َّر ِح ْي ِم
Jadi semua kata dalam bahasa arab yang ada “al”-nya, sudah pasti isim. Baik “al” qamariyah maupun syamsyiyah.
2⃣. Bertanwin
Semua kata dalam bahasa arab, bila ia berharakat tanwin, baik dhammahtain (un), fathahtain (an), atau kasrahtain (in), maka ia sudah pasti isim.
© Contohnya dalam surat al Fath ayat 29:
Maka lafadz ٌُم َح َّمد , merupakan isim.
ُم َح َّم د ٌ َّر ُس و ُل ا َّلِلّ ِ
Semua kata yang bertanwin sudah pasti isim, ini ciri yang kedua. Semua kata dalam bahasa arab yang berharakat tanwin, baik un, an, in, sudah pasti isim.
3⃣. Didahului oleh huruf jar
Jadi kalau ada kata dalam bahasa arab yang di dahului oleh huruf jar, maka sudah pasti ia adalah isim.
❓Lalu apa itu huruf jar?
Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasanya huruf jar adalah huruf yang
membuat kata setelahnya menjadi berharakat kasrah.
Meskipun nanti kalau kita pelajari lebih lanjut, di kelas nahwu, jar ini tidak selamanya kasrah, ada yang nanti fathah dan ada juga yang nanti ya’.
Jadi ada banyak sebetulnya,huruf jar ada tiga, tapi untuk pemula yang perlu dipahami pertama, bahwa huruf jar yang menyebabkan kata setelahnya menjadi kasrah.
❓Apa saja huruf jar?
Huruf jar ada banyak ya:
artinya, dari : ِم ْن
artinya, ke : إلى
biasanya digunakan untuk , ِم ْن dari, bedanya kalau , ِم ْن artinya sama dengan : َع ْن
sesuatu yang bersifat jarak, kalau َع ْن , biasanya digunakan untuk sesuatu yang bukan , َع ْن َعا ِئ َشة jarak, contohnya misalkan saya mendengar dari ‘Aisyah, maka kita katakan .ِمْن َعاِئَشةbukan
Kemudian misalkan kita ingin mengatakan, saya melemparkan panah dari busurnya, . َع ْن tapi pakai ِم ْن maka dari busurnya disini bukan pakai
. َع ْن dan ِم ْن Jadi itu bedanya antara
artinya di atas : َعلَى
artinya di atau di dalam : ِفي artinya adalah dengan : ِب artinya seperti : َك
yang artinya untuk/bagi : ِل
Thayyib, kita berikan contoh satu per satu untuk setiap huruf jar ini. © Contoh dalam al Qur’an::
ِم ْن Huruf .) 1▪
💡 ِم َن ا َّلِلِّ ِذي ا ْل َم َعا ِرجِ

Maka lafadz ِلِلَّّ ا, merupakan lafdzul jalalah, merupakan Lafadz untuk Yang Maha Agung, . ِم ْن dan dia isim, karena di dahului oleh huruf
▪2). Huruf إلى, yang artinya adalah ke Contohnya dalam al Qur’an:
💡 َو ِإلَى ال َّس َما ِء َك ْي َف ُر ِف َع ْت إلى merupakan isim, karena di dahului oleh huruf jar ,ال َّس َما ِء Maka lafadz
▪3). Huruf َع ْن , yang artinya adalah dari Contohnya:
. َع ْن merupakan isim, karena ia didahului oleh , َصلا ِة Maka
, َعلَى Huruf .)4▪
Contohnya adalah dalam Surat Thaahaa
💡 ا ل َّ ِ ذ ي َ ن ُ ه ْ م َ ع ْ ن َص لا ِ ت ِ ه ْ م َ س ا ُ ه و َ ن
💡الَّرْحَمُن َعلَىاْلَعْرِشاْستََوى َعلَى merupakan isim, karena ia didahului oleh huruf jar ,ا ْل َع ْر ِش Maka lafadz
▪ 5). Huruf ِفي , artinya adalah di atau di dalam Contohnya:
ِفي ُصُحٍفُمَكَّرَمٍة-َمْرفُوَعٍةُمَطَّهَرٍة ِفي merupakan isim, karena didahului oleh huruf jar ُص ُح ٍف Maka kata
▪6).Hurufِب ,yangartinyaadalahdengan Contohnya dalam lafadz basmalah:
Maka اِ ْس ِم adalah isim karena ia didahului oleh huruf jar.
7▪). Huruf َك , yang artinya adalah seperti
Contohnya dalam syair yang terkenal yang sering kita dengarkan:
“waktu itu seperti pedang”, atau “waktu itu bagaikan pedang” Maka ال َّس ْي ِف merupakan isim karena ada huruf َك di depannya.
▪8). Huruf ِل artinya untuk/bagi Contohnya al Fatihah:
💡 ِب ْس ِم اللهِ ال َّر ْح َما ِن ال َّر ِح ْي ِم
💡الَوْق ُت َكال َّسْي ِف
💡 ا ل َح ْم د ُ ِ َّلِلّ ِ Maka lafadz الله , lafdzul Jalalah isim, karena ia di dahului ِل yang artinya adalah bagi.
Sebetulnya masih ada beberapa huruf jar yang lain, akan tapi untuk pemula ini cukup, karena huruf jar yang sering di temukan di dalam al Qur’an ataupun hadits adalah yang ini. Nanti ada beberapa lagi yang insya Allah akan dipelajari nanti di kelas nahwu.
⚫. Ciri-ciri Huruf
Pertanyaannya adalah: apakah huruf ini memiliki ciri❓ Jawabannya tidak. Karena justru
huruf ini menjadi ciri dari fi’il atau menjadi ciri bagi isim.
Tapi memang salah satu ciri-ciri huruf adalah biasanya ia tersusun dari satu, dua, atau tiga huruf, dan dari sisi makna ia tidak menunjukkan nama suatu benda atau bagi kegiatan. Dan dia hanya sifatnya huruf.
©Contohnya tadi ya: ِم ْن - dari, ini kan bukan nama, maka dia bukan isim dan bukan pula kata kerja.
Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasanya huruf adalah yang bukan isim atau yang bukan fi’il. *Yang bukan isim dan bukan fi’il maka dia huruf.*
Jadi secara sederhana kita bisa mengatakan yang bukan fi’il dan isim sudah pasti huruf.
Insya Allah ketika kita sudah mulai mempelajari ilmu sharaf, kita mulai akan bisa melihat mana fi’il dan mana yang isim dan mana yang huruf dari bentuk tulisannya, karena nanti ada pola-polanya. Ada pola-pola yang menunjukkan bahwa ia fi’il, ada pola-pola yang menujukkan bahwa ia isim, dan ada pola-pola yang menunjukkan bahwa ia adalah huruf.
Thayyib...
Ana rasa ini sudah cukup ya, menjelaskan ciri-ciri fi’il, kemudian ciri-ciri isim, dan ciri-ciri huruf.
Akan tetapi satu hal yang perlu dicatat adalah: *semua kata yang memiliki ciri fi’il, pasti fi’il, tapi tidak semua fi’il itu ada cirinya. Sebaliknya semua kata yang memiliki ciri isim, pasti isim, tapi tidak semua isim datang dengan ciri-cirinya*
Artinya ciri-ciri ini kalau ada, sudah pasti ia fi’il atau isim, tergantung itu ciri fi’il atau isim. Tapi tidak semua fi’il datang dengan semua cirinya, tidak semua isim datang dengan cirinya.
Di dalam al Qur’an banya sekali fi’il atau isim yang berdiri sendiri, artinya ia datang tanpa ada ciri yang mendahuluinya.
©Contohnya dalam surat al Iklash:
💡قُْل ُهَواَّلِلُّأََحدٌ Kata قُ ْل adalah fi’il. Tapi ia adalah kata pertama dalam al Iklas, ia tidak didahului oleh huruf
apapun, tapi ia adalah fi’il.
©Kemudian contohnya lagi dalam surat an Naas ya:
Kata قُ ْل fi’il, ُأَ ُعوذ juga fi’il. Tapi kita lihat tidak ada ciri-cirinya.
💡قُ ْل أَ ُعوذُ ِب َر ِب النَّا ِس
Karena memang jangan dibalik, yang ada ciri fi’ilnya pasti fi’il, tapi tidak semua fi’il datang dengan cirinya. Banyak sekali fi’il yang tanpa didahului atau diakhiri oleh ciri fi’il.
Ana rasa cukup untuk pelajaran kali ini. Semoga apa yang ana sampaikan bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 04 :: Fi’il Shahih dan Mu’tal
⌛ Durasi audio :: 13.17 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah kita telah sampai pada dars/pelajaran yang ke-empat, dimana insya Allahu Ta’ala kita akan membahas tentang pembagian fi’il ditinjau dari huruf-huruf penyusunnya.
Sebelumnya kita telah mempelajari bahwa fi’il terbagi tiga:: 1⃣.fi’il madhi,
2⃣.fi’il mudhari’, dan
3⃣.fi’il 'amr.
➡ Dimana fi’il madhi adalah kata kerja lampau.
➡ Fi’il mudhari: kata kerja untuk perbuatan yang sedang/akan terjadi. ➡ Kemudian fi’il amr, adalah kata kerja perintah.
© Contohnya kita ambil satu kata,
yang artinya "telah menulis", ini adalah *fi’il madhi*. *Fi’il mudhari’*-nya,
"sedang menulis", dan *fi’il amr*-nya,
"tulislah".
Ini contoh jenis-jenis fi’il: fi’il madhi, fi’il mudhari, dan fi’il 'amr.
💡 َك ت َ َب , 💡 َي ْكتُ ُب,
💡 ا ُ ْك ت ُ ْب ,
Seluruh fi’il ini, nantinya akan terbagi lagi menjadi 2 (dua), bila *ditinjau dari huruf- huruf penyusunnya*:
1⃣.fi’il shahih
2⃣.fi’il mu’tal.
🖍Apa itu Fi’il shahih dan apa itu fi’il mu’tal?
1⃣.Fi’il shahih
🔆 Adalah fi’il yang huruf penyusunnya tidak mengandung huruf illat.
🖍Sebaliknya
2⃣.Fi’il mu’tal
🔆 Adalah fi’il yang huruf penyusunnya mengandung huruf ‘illat.
❓ Apa itu huruf ‘illat ❓
.)ي( ’ya ., 3⃣)و( wawu ., 2⃣)ا( Huruf ‘illat dalam definisi ilmu nahwu dan sharaf ada tiga: 1⃣. alif
Jadi apabila di dalam huruf penyusun fi’il ada salah satu atau lebih dari huruf-huruf ‘illat ini, - alif (ا), wawu (و), dan ya’(ي), atau kita singkat, اَ ِو ْي (awiy), - maka fi’il tersebut merupakan fi’il mu’tal.
Namun perlu dicatat bahwa alif yang dimaksud pada huruf ‘illat berbeda dengan hamzah. Saya ingatkan kembali bahwa alif bukanlah hamzah.
Bila kita ingin bedakan secara mudah alif dengan hamzah, maka sederhananya bisa kita katakan bahwa alif yang berharakat baik fathah, kasrah, dhammah, sukun, itu disebut dengan hamzah. Sedangkan alif sendiri dia tidaklah berharakat, melainkan dia fungsinya hanya untuk huruf mad, memanjangkan kata.
©Contohnya:
“telah berkata”
Setelah huruf ق, ada alif, nah ini yang disebut dengan alif.
Adapun pada contoh:
“telah makan”
Maka itu bukan alif, melainkan hamzah.
💡 ق َ ا َل
© أ َ َك َل
Sehingga kita boleh mengatakan قَا َل sebagai fi’il mu’tal karena ada huruf ‘illatnya alif, tapi kita tidak boleh mengatakan أَ َك َل sebagai fi’il mu’tal, karena itu bukan alif melainkan hamzah.
Contoh lain untuk fi’il shahih sangat banyak, dan memang sebagian besar fi’il itu shahih, artinya tidak mengandung huruf ‘illat.
©Contohnya adalah, yang tadi saya sebutkan,
“telah menulis”
💡 َك ت َ َب
– َك ,tidaklah mengandung huruf ‘illat َكتَ َب Jelas bahwa “telah menulis” dalam bahasa arab .disebut dengan fi’il shahih َكتَ َب Maka . َت – َب
©Contoh lain:
“telah melihat”
Dia bukan fi’il mu’tal tapi fi’il shahih, karena tidak ada huruf ‘illat-nya. Ini contoh fi’il shahih.
💡نَ َظ َر
⃣ 1 . ق َ ا َل 2⃣. َصاَم
® Adapun contoh fi’il mu’tal:
Dimana mu’talnya? Setelah huruf ق, ada alif, maka قَا َل disebut dengan fi’il mu’tal.
“telah berpuasa”
Kita lihat setelah huruf ص, ada alif, maka fi’il madhi َصا َم itu termasuk fi’il mu’tal.
3⃣. َو َجدَ, . َو َجدَ ,Ini fi’il mu’tal, kenapa? Karena ada huruf wawu di depan sebelum huruf jim
“telah mendapatkan”
Sehingga ََو َجد disebut juga dengan fi’il mu’tal.
َكتَ َب, نَ َظ َر :Jadi fi’il shahih contohnya
.قَا َل, َصا َم, َو َجدَ :Kemudian fi’il mu’tal contohnya
Jadi membedakan fi’il mu’tal dari fi’il shahih sangat mudah, tinggal melihat *apakah ada huruf ‘illat, baik alif, wawu, ataupun ya’.*
Kemudian satu contoh lagi, tadi saya baru menyebutkan contoh fi’il mu’tal yang alif dan wawu saja.
ini yang alif , قَا َل – َصا َم💡
ini yang wawu , َو َجدَ💡
Satu lagi yang ya’:
4⃣. َر ِض َي, Kita lihat disitu ada huruf ya’, diakhir fi’il tersebut, sehingga َر ِض َي termasuk fi’il mu’tal juga.
❓Lalu apa manfaat kita mengetahui, suatu fi’il itu shahih atau mu’tal❓
Mafaatnya adalah: dengan mengetahui sebuah fi’il shahih atau mu’tal maka kita akan
mengetahui bentuk tasrifnya.
❓Kenapa❓
Karena tasrif 🍃fi’il shahih dengan tashrif fi’il mu’tal itu berbeda.
🖍tasrif/perubahan kata fi’il shahih dengan tasrif/perubahan kata fi’il mu'tal itu berbeda.
َكتَ َب :Contohnya untuk fi’il madhi© َي ْكتُ ُب Fi’il mudhari’-nya adalah َكتَ َب – َي ْكتُ ُب Lihat
ada tiga huruf dan ketiga-tiganya berharakat fathah َكتَ َب
“telah meridhai”

,ditambahkan ya’ di depannya َكتَ َب kalau kita lihat cara membuatnya adalah kata , َي ْكتُ ُب kemudian huruf ya’-nya diberi harakat fathah, dan kaf-nya disukunkan, ta’-nya . َي ْكتُ ُب – didhammahkan dan ba’-nya didhammahkan. Menjadi
َكتَ َب – َي ْكتُ ُب Jadi jelas perubahannya
Tapi kalau ketika kita membahas fi’il mu’tal, maka disitu ada sedikit perbedaan. ©Contohnya:
💡قَا َل
Ini memang tiga huruf, tetapi lihat bahwa kata قَا َل, yang berharakat hanya 2, yakni qaf dan lam saja, sedangkan alifnya tidak berharakat. Seakan-akan dia bukan fi’il.
Sebagaimana kita ketahui bahwa fi’il madhi, wajib tersusun dari 3 (tiga) huruf, dan pada bentuk asalnya harus semuanya berharakat fathah.
Makanya kalau kita lihat contoh-contoh fi’il madhi di bagian terakhir dari buku panduan Ilmu Sharaf Untuk Pemula yang kita jadikan sebagai buku diktat (pada bagian akhir bab III pada buku cetakan ke-3-red), semua fi’il yang ada di contoh tersebut barisnya fathah semua dan semuanya tiga huruf.
©Contohnya:
Itu semuanya 3 huruf dan semuanya berharakat fathah.
💡 َكتَ َب, “telah menulis” 💡نَ َظ َر, “telah melihat” 💡 َض َر َب, “telah memukul” 💡نَ َص َر, “telah menolong” 💡قَ َعدَ, “telah duduk”
Berbeda dengan fi’il mu’tal, dimana dia tidak terlalu nampak tiga hurufnya, dan tidak nampak harakatnya.
©Contohnya:
💡 ق َ ا َل Tapi kita tidak bisa melihat dengan jelas bentuk fi’il madhi-nya, karena yang berharakat
ق – ا – ل ,Memang tiga huruf .ل dan ق ,hanya dua saja
Nah ini salah satu manfaat kita mempelajari fi’il shahih dan fi’il mu’tal, dimana nanti kita akan pelajari bahwa perubahan kata untuk fi’il mu’tal tidaklah sama antara satu kata dengan kata yang lainnya, berbeda dengan fi’il shahih yang sudah ada aturan bakunya.
Saya rasa untuk pengenalan fi’il shahih dan fi’il mu’tal cukup sampai disini. Karena untuk pemula yang penting kita mengetahui bedanya fi’il shahih dan fi’il mu’tal. Dan memang untuk di dalam kelas ilmu sharaf untuk pemula ini, kita tidak akan membahas panjang lebar tentang fi’il mu’tal. Semua fi’il yang kita bahas dalam pelajaran "ilmu sharaf untuk pemula" ini merupakan fi’il shahih saja, sedangkan fi’il mu’tal kita abaikan dulu.
Kenapa?
Karena fi’il shahih ini ada rumusnya, sedangkan fi’il mu’tal meskipun ada rumusnya akan tetapi tidak seragam, jadi lebih kepada hafalan. Tapi nanti insya Allah setelah selesai pembahasan ilmu sharaf secara tuntas, insya Allah nanti kita akan belajar fi’il-fi’il mu’tal.
💠Kemudian yang terakhir, sebetulnya nanti fi’il shahih sendiri terbagi lagi menjadi 3 (tiga):
1⃣.Fi’il shahih salim 2⃣.Fi’il shahih mahmuz 3⃣.Fi’il shahih mudha’af
💠Begitupun dengan fi’il mu’tal terbagi lagi menjadi 5 (lima): 1⃣.Fi’il mu’tal mitsal
2⃣.Fi’il mu’tal ajwaf
3⃣.Fi’il mu’tal naqish
4⃣.Fi’il mu’tal lafif mafruq 5⃣.Fi’il mu’tal lafif maqrun
Akan tetapi sebagaimana yang saya katakan tadi, untuk tahap pertama kita tidak perlu mengetahui nama-nama atau istilah-istilah yang lebih spesifik dari fi’il shahih dan fi’il mu’tal. Insya Allah dengan hanya mengetahui ini fi’il yang shahih ini fi’il yang mu’tal itu cukup untuk fase pertama dalam mempelajari ilmu sharaf.
Kesimpulan dari pelajaran kali ini,
📌 bahwa fi’il ditinjau dari huruf penyusunnya terbagi menjadi fi’il shahih dan fi’il mu’tal.
📌 Fi’il shahih adalah fi’il yang huruf penyusunnya tidak mengandung huruf alif (ا), wawu Sedangkan fi’il mu’tal adalah fi’il yag huruf penyusunnya mengandung .)ي(’dan ya ,)و( .)ي(’dan ya ,)و( wawu ,)ا( huruf alif
Demikian insya Allah cukup untuk pelajaran yang keempat. Semoga bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 05 :: Mudzakkar dan Muannats
⌛ Durasi audio :: 11.10 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, Insya Allahu Ta’ala kita akan membahas tentang ```isim mudzakkar dan isim muannats.```
Di dalam bahasa arab kita akan mengenal istilah isim berdasarkan jenisnya, jadi ada isim yang dikelompokkan ke dalam laki-laki atau mudzakkar, dan ada isim yang dikelompokkan pada kelompok wanita atau muannats. Jadi mudzakkar untuk laki-laki, dan muannats untuk wanita.
Mungkin kita akan sedikit kebingungan, karena memang dalam Bahasa Indonesia, kita tidak mengenal pengkhususan kata untuk laki-laki atau wanita.
Contohnya misalkan kalau kita ingin mengatakan bahwasanya Zaid itu rajin,
maka kita katakan: “Zaid itu rajin” kalau di Bahasa Indonesia.
Kalau yag rajin Fathimah, kita tetap mengatakan: “Fatimah itu rajin”.
Jadi tidak ada perbedaan antara rajin untuk Zaid dan rajin untuk Fathimah.
Akan tetapi dalam bahasa arab ada perbedaan rajin untuk laki-laki dan rajin untuk perempuan.
Contohnya rajin itu bahasa arabnya
tapi نَ ِش ْي ٌط ini untuk laki-laki. Jadi kalau Zaid:
Tapi kalau wanita tidak boleh, misalkan:
tidak boleh Tapi:
Jadi ada beda antara yang laki-laki dan yang wanita. َ ٌ نَ ِش ْي ٌط :🚹Kalau laki-laki
نَ ِش ْيطة :🚺Kalau perempuan
نَ ِش ْي ٌط َز ْي د ٌ ن َ ِش ْي ٌط
َع ا ِئ َش ة ُ ن َ ِش ْي ٌط ❌ َع ا ِئ َش ة ُ ن َ ِش ْي َط ة ٌ ✅
Ini dikenal dalam bahasa arab.
Artinya di dalam bahasa arab mereka akan membedakan mana kata yang dikhususkan untuk laki-laki, dan mana kata yang dikhususkan untuk wanita.
Kata yang dikhususkan atau masuk kelompok laki-laki disebut dengan isim mudzakkar, adapun kata yang dikhususkan atau dikelompokkan ke dalam bentuk kelompok wanita maka dia adalah muannats.
Thayyib... kita akan bahas satu per satu
1⃣.Mudzakkar
➰Secara bahasa mudzakkar itu artinya adalah laki-laki.
➰Adapun menurut istilah, mudzakkar adalah istilah atau terminologi yang digunakan untuk kata-kata yang masuk ke dalam jenis laki-laki/gentle.
Seperti yang sudah saya gambarkan di awal, dalam bahasa arab mensifati laki-laki dengan kita mensifati perempuan itu ada perbedaan.
.نَ ِش ْي َطةٌ kalau perempuan ,نَ ِش ْي ٌط Contohnya tadi rajin, kalau laki-laki©
Maka semua kata yang digunakan untuk jenis laki-laki, baik memang pada dasarnya laki- laki, atau dianggap laki-laki, maka ia adalah isim mudzakkar.
Isim mudzakkar ini ada 2 (dua) kelompok:
🅰.Kelompok nama laki-laki
Semua nama yang digunakan untuk laki-laki, maka ia adalah mudzakkar. ©Nama-nama seperti: زيد, هامد, محمود, محمد, أحمد, عثمان, علي, عمر, dsb, ini dianggap isim mudzakkar.
🅱.Semua kata dalam bahasa arab yang tidak mengandung ta’ marbuthah hukum asalnya adalah mudzakkar
©Contohnya yang tadi ya: ٌنَ ِش ْي ٌط – نَ ِش ْي َطة, yang tidak ada ta’ marbuthahnya adalah .نَ ِش ْي ٌط :mudzakkar
Maka نَ ِش ْي ٌط adalah mudzakkar, sedangkan ٌنَ ِش ْي َطة , karena ada ta’ marbuthahnya, adalah muannats.
©Contohnya misalkan kata-kata dalam bahasa arab yang mudzakkar contohnya:
ِكتَا ٌب
قَلَ ٌم
َص ْو ٌب Kalau kita perhatikan, ِكتَا ٌب – قَلَ ٌم – َص ْو ٌب , tidak ada yang diakhiri dengan ta’ marbuthahnya,
maka ِكتَا ٌب–قَلٌَم– َصْو ٌب,merupakanmudzakkar.
Mungkin ada yang bertanya:
❓❔Apakah buku itu laki-laki? Apakah baju itu laki-laki? Apakah pulpen itu laki-laki?❓❔ Jawabannya adalah tidak.
Seperti yang dijelaskan di awal, mudzakkar itu kelompok yang pertama adalah memang nama yang digunakan untuk laki-laki, kelompok yang kedua adalah kelompok kata yang dianggap mudzakkar. Jadi bedakan yang memang betul-betul mudzakkar, seperti nama laki-laki, dan yang kelompok yang kedua merupakan kelompok kata yang dianggap laki- laki, salah satu cirinya dia tidak memiliki ta’ marbuthah.
Thayib ana ulangi...
Isim mudzakkar ada dua kelompoknya:
🅰.Semua nama laki-laki, maka ia mudzakkar, sekalipun nama yang mengandung unsur ta’marbuthah,contohnya:ُأسَاَمُةdanَطْلَحُة.Meskipunُأسَاَمُةdanَطْلَحُة meskipunadata’ marbuthah diujungnya maka ia tetap dianggap mudzakkar karena ia merupakan nama bagi laki-laki.
©Sehingga nama-nama seperti زيد, أحمد, يوسف, نوح, أسامة, طلحة, ini semua dianggap mudzakkar.
🅱.Kelompok kata yang dianggap mudzakkar, karena tidak ada ta’ marbuthahnya. ©Contohnya: ِكتَا ٌب (buku) – ٌَق َلم (pulpen) – َص ْو ٌب (baju) – بَا ٌب (pintu) – بَ ْي ٌت (rumah), dan semua kata dalam bahasa arab yang tidak ada ta’ marbuthahnya, maka dia mudzakkar
2⃣.Muannats
➰Secara bahasa artinya adalah wanita. Jadi pada dasarnya isim muannats adalah kata yang masuk dalam kategori wanita.
Sama seperti isim mudzakkar, muannatspun bisa kita bagi menjadi 2 (dua) kelompok:
🅰.Semua nama yang digunakan untuk wanita merupakan isim muannats. .عائشة, فاطمة, خديجة :Contohnya©
Karena nama-nama ini digunakan untuk nama wanita, maka ia muannats. Sekalipun tidak mengandung ta’ marbuthah.
Kan kita ketahui bahwa isim muannats ini salah satu cirinya adalah mengandung ta’ marbuthah.
Tapi khusus untuk kelompok nama untuk wanita, sekalipun tidak ada ta’ marbuthahnya ia tetap dianggap muannats.
.هند dan ,زينب :Contohnya©
Kedua nama ini tidak mengandung ta’ marbuthah, tapi karena ia adalah nama untuk wanita maka ia dianggap muannats.
Jadi kelompok pertama dari isim muannats adalah semua nama yang digunakan untuk muannats
🅱.Kelompok kata yang dianggap muannats.
Jadi kalau kelompok yang pertama memang karena ia digunakan untuk wanita, kalau yang kedua ini memang dianggap muannats karena mengandung ta’ marbuthah. Semua kata dalam bahasa arab yang mengandung ta’ marbuthah, atau diakhiri ta’ marbuthah hukum asalnya adalah muannats.
©Contohnya nama-nama benda seperti:
sekolah – َمدْ َر َسةٌ💡
universitas – َجا ِم َعة💡
jendela – نَا ِفذَة💡
kipas angin – ِم ْر َو َ َحة💡
penggaris – ِم ْسط َرة💡
Kata-kata ini dianggap muannats karena mengandung ta’ marbuthah. Jadi ini dianggap muannats.
❗Tapi perlu kita perhatikan bahwasanya terkadang ada juga kata yang sekalipun ada ta’ marbuthahnya tetap bukan muannats,
.أُ َسا َمةُ, َط ْل َحةُ, َم ْي َس َرة :contohnya tadi ya©
Ini sekalipun ada ta’ marbuthahnya dia tetap dianggap mudzakkar karena ia merupakan nama untuk laki-laki.
Mungkin ada yang bertanya, bukankah َم ْي َس َرة itu wanita? ❓❔
Ini termasuk salah satu kekeliruan orang Indonesia, َم ْي َس َرة ini merupakan nama untuk laki- laki, jadi budak Nabi yang namanya َم ْي َس َرة ini bukan wanita tapi laki-laki.
📋Tapi satu hal yang harus dicatat, sebagaimana tidak semua yang diakhiri ta’ marbuthah itu muannats, maka tidak semua yang tidak mengandung ta’ marbuthah itu dianggap mudzakkar.
Jadi ada juga nama benda sekalipun dia tidak mengandung ta’ marbuthah tapi dianggap muannats.
©Contohnya misalkan: anggota tubuh manusia yang berpasang-pasangan yang jumlahnya ada dua, dia dianggap muannats, contohnya:
mata– َُعْيٌن💡 telinga – أذُ ٌن💡
Kalau kita perhatikan, َع ْي ٌن dan أُذُ ٌن tidak ada ta’ marbuthahnya tapi ia dianggap muannats. Dan hal-hal semacam ini, insya Allah akan kita ketahui seiring waktu, artinya makin kita sering berinteraksi dengan kitab-kitab berbahasa arab, insya Allah kita akan menyadari mana kata yang mudzakkar, dan mana kata yang muannats, mana kata yang dianggap mudzakkar sekalipun ada ta’ marbuthahnya, dan mana kata yang dianggap muannats sekalipun tidak ada ta’ marbuthahnya.
Thayyib....
Ana rasa cukup untuk pelajaran tentang isim mudzakkar dan isim muannats ini. Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 06 :: Isim Jamid dan Isim Musytaq
⌛ Durasi audio :: 03.22 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ِإ َّن ا ْل َح ْمدَ ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah kita telah sampai pada dars yang ke-6, dimana pada dars yang keenam ini Insya Allah kita akan sedikit membahas atau mengenal istilah isim jamid dan juga isim musytaq.
Jadi di dalam pembahasan ilmu nahwu dan sharaf, ada istilah isim musytaq dan ada istilah isim jamid.
❓Apa itu isim musyta dan apa itu isim jamid❓ Baik kita akan jelaskan satu per satu.
1⃣.Isim musytaq
🍃Adalah isim yang memiliki asal usul tashrif, asal usul perubahannya.
Jadi kalau kita telusuri dia memiliki akar katanya. ©Contohnya apa? Contohnya:
Kita bisa menelurusi kata ِكتَا ٌب ini, kalau kita telusuri berasal dari kata artinya “telah menulis”.
Jadi kata ِكتَا ٌب diambil dari akar kata َكتَ َب , menulis.
📔 ِكتَاٌب)buku( َكتَ َب
َك ت َ َب – َي ْك ت ُ ُب - ِك ت َ ا ًب ا
🖍 َم ْس ِجد, kita sering menggunakan kata َم ْس ِجد , kalau kita telusuri pasti akan ketemu bahwasanya
kata َم ْس ِجد kata dasarnya adalah
yang artinya “telah bersujud”.
Sedangkan َم ْس ِجد artinya "tempat bersujud".
َس َجدَ,
🏫 َمدْ َر َسة, artinya "sekolah". Kalau kita telusuri maka kita akan mendapati akarnya diambil dari kata
yang artinya "belajar".
Sehingga ٌَمدْ َر َسة artinya "tempat belajar".
Ini yang dimaksud dengan isim musytaq, *yakni isim yang memiliki asal usul*.
د َ َر َس
2⃣.Isim jamid
🍃Isim jamid dari maknanya adalah “kaku”, artinya isim ini tidak memiliki asal-usul.
©Contohnya apa? Contohnya:
Kata “pintu” tidak bisa kita telusuri asal usulnya dari kata apa.
🚪 َبا ٌب, yang artinya pintu.
Kita juga tidak bisa menelusuri dari mana kata قَلَ ٌم ini didapatkan. Bahasa sederhananya kalau *isim jamid ini dari sananya begitu*.
🖍قَلَ ٌم, “pulpen”
Barangkali ini yang kita perlu kita ketahui istilahnya saja. Bahwa nanti ada istilah isim jamid, ada istilah isim musytaq.
Dimana isim jamid adalah isim yang tidak memiliki asal usul, atau bahasa sederhananya dari sananya begitu.
Sedangkan isim musytaq adalah isim yang memiliki asal usul. Jadi kalau kita telusuri, maka kita akan menemukan kata dasar yang melatarbelakangi kata tersebut.
Sekian, semoga bermanfaat.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan 1
حفظه الله تعالى Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin 🎧 📚 Dars 07 :: Mufrad, Tatsniyah, dan Jamak
⌛ Durasi audio :: 24.49 menit •┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد ِ َّلِلِّ, والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد.
Alhamdulillah kita telah sampai pada pelajaran yang ke-7. Insya Allah pada dars yang ke tujuh ini, kita akan membahas pembagian isim berdasarkan jumlah.
Di dalam bahasa arab, ada *3 (tiga) jenis pembagian isim berdasarkan jumlah*: 1⃣.Kata tunggal/isim mufrad
2⃣.Kata ganda/isim tatsniyah
3⃣.Kata majemuk/jamak
Ini berbeda dengan bahasa kita, dimana kita hanya mengenal istilah: tunggal dan jamak. Akan tetapi bahasa arab mengenal istilah kata ganda, yakni isim tatsniyah.
Jadi yang disebut dengan jamak, bukan lebih dari satu, tapi lebih dari dua. Kalau dua sendiri punya istilah khusus, yakni isim tatsniyah.
Baik kita bahas satu per satu pembagian isim berdasarkan jumlah ini.
1⃣.Isim Mufrad
🌿Isim mufrad atau kata tunggal adalah asal dari seluruh bentuk.
Artinya pada dasarnya seluruh kata ini akan merujuk pada isim mufrad ini. Tatsniyah adalah perubahan dari mufrad ke tatsniyah, kemudian jamak adalah versi jamak dari isim mufrad. Dan ini ada kaidahnya atau ada rumusnya.
Kata tunggal yang sering kita temukan dalam percakapan sehari-hari, contohnya:
Maka artinya adalah “sebuah pulpen” Kemudian:
💡قَلَ ٌم 💡ِكتَا ٌب,
artinya adalah “sebuah buku”
Kemudian kita juga sering mendengar istilah:
💡 ُم س ِل ٌم ,
💡 ُمسِلَمةٌ,
💡 ُم ؤ ِم ٌن ,
💡 ُمْؤِمنَةٌ Jadi dalam bidang bahasa arab dibedakan antara yang mudzakkar dan muannats dengan
cara memberi ta’ marbuthahnya.
Asalnya ُمس ِل ٌم , diberi ta’ marbuthah, ٌُمس ِل َمة , menjadi muannats. Kemudian ُمؤ ِم ٌن , ditambah ta’ marbuthah ٌُم ْؤ ِمنَة , menjadi muannats.
Kata قَلَ ٌم dan kata ِكتَا ٌب , ini termasuk *isim li ghairil ‘aqil*, untuk sesuatu yang tidak berakal, bahasa sederhananya ini kata benda, ini untuk benda-benda.
Adapun ُمس ِل ٌم , kemudian ُمؤ ِم ٌن , ini *lil ‘aqil*, artinya nama-nama ini atau sifat-sifat ini digunakan untuk manusia.
Kita perlu mengetahui istilah ini:
🌱Ada istilah lil ‘aqil, yakni kata-kata yang diperuntukkan yang berakal, yakni manusia. 🌱Ada kata-kata yang masuk ke li ghairil ‘aqil, yakni kata-kata yang tidak berakal, atau kata benda, contohnya pulpen dan buku.
Ini penting untuk bisa mengetahui rumus perubahan dari isim mufrad ke tatsniyah dan jamak. Karena ada sedikit perbedaan antara perubahan dari isim mufrad ke jamak untuk lil ‘aqil dan untuk li ghairil ‘aqil.
Insya Allah kita akan bahas kemudian.
2⃣.Isim Tatsniyah/Kata Ganda
Alhamdulillah rumus merubah dari mufrad ke tatsniyah sangat mudah. Dan ini berlaku untuk seluruh jenis kata baik ia mudzakar atau muannats, apakah ia lil ‘aqil atau li ghairil ‘aqil, seluruhnya rumusnya sama.
Yakni ada 2 (dua) cara: 🅰.Dengan menambahkan –aani 🅱.Dengan menambahkan –aini
©Kita praktikkan, contohnya misalnya قَلَ ٌم💡
Ini mufrad.
“seorang muslim” Kemudian
ini seorang muslim tapi untuk yang wanita, artinya “seorang muslimah”. Kemudian
“seorang yang beriman”, kemudian
“seorang mu’minah”.
Kalu kita ingin merubah ke bentuk tatsniyah tambahkan –aani di belakangnya:
💡قَلَ ٌم ⬅
“dua buah pulpen”
Atau bisa juga kita ubah menjadi:
Dengan menambahkan –aini.
Jadi ada dua versi untuk isim tatsniyah, ada: dengan menambahkan –aani ,قَلَ َما ِن.🍄
dengan menambahkan –aini ,قَلَ َم ْي َن.🍄
Kita ambil contoh lagi:
Maka kalau kita ingin mengubah ke bentuk tatsniyahnya ِكتَا َبا ِن menjadi ِكتَا ٌب , Tambahkan –aani.🍄
ِكتَا َب ْي ِن ,Tambahkan –aini.🍄
Kemudian misalkan lagi, kita ambil contoh yang lil ‘aqil, misalkan: Maka isim tatsniyahnya adalah:
Dengan menambahkan –aani dan –aini di belakangnya. Kemudian kita ambil contoh yang lil ‘aqil tapi untuk yang muannats:
قَلَ َما ِن ⬅ قَلَ َم ْي َن
💡ِكتَا ٌب
💡 ُم س ِل ٌم ⬅ ُم ْس ِل َم ا ِن d a n ُم ْس ِل َم ْي ِن
💡ُمسِلٌمmenjadi ُم ْسِلَمةٌ Maka ٌُمس ِل َمة , bentuk tatsniyahnya adalah dengan menambahkan –aani dan –aini:
Asalnya
Sekali lagi kita ambil contoh:
Ini untuk mudzakkar, “seorang laki-laki yang beriman” Kita ubah ke bentuk tatsniyah:
Kemudian untuk muannatsnya: Maka bentuk tatsniyahnya adalah;
ُم س ِل َم ة ٌ ⬅ ُمس ِل َمتَا ِن atau ُم ْس ِل َمتَ ْي ِن
💡 ُم ؤ ِم ٌن ⬅ ُمؤ ِمنَا ِن dan
ُم ؤ ِم ن َ ْي ِن
💡 ُم ْؤ ِمنَةٌ ⬅ ُم ْؤ ِمنَتَا ِن atau ُم ْؤ ِمنَتَ ْي ِن
Ini rumus untuk tatsniyah.
Dan Alhamdulillah tidak ada perbedaan antara yang mudzakkar dan muannats. Dan tidak pula ada perbedaan antara yang lil ‘aqil dan li ghairil ‘aqil. Semuanya sama, ditambahkan –aani atau –aini.
Lalu kapan kita menggunakan –aani, dan kapan kita menggunakan –aini❓
Ini insya Allah nanti di bahas di ilmu nahwu, karena di dalam ilmu sharaf kita hanya mempelajari seluruh kemungkinan bentuk yang mungkin bisa terjadi. Akan tetapi untuk penggunaannya di dalam kalimat sehari-hari, ini dibahas di ilmu nahwu.
Nantinya kita akan belajar bahwa untuk yang –aani digunakan dalam bentuk rafa’, sedangkan untuk –aini digunakan dalam bentuk nashab dan jar. Tapi insya Allah kita tidak perlu memikirkan dengan istilah ini, nanti kalau kita sudah selesai belajar ilmu sharaf, baru kita akan pelajari apa itu rafa’, apa itu nashab, dan apa itu jar, dan istilah-istilah yang lainnya.
3⃣.Isim jamak
Berbeda dengan tatsniyah yang tidak memandang apakah dia mudzakkar atau muannats, apakah ia lil ‘aqil atau lil ghairil ‘aqil, maka untuk jamak ini ada perbedaan antara jamak untuk mudzakkar dan jamak untuk muannats, juga ada perbedaan jamak untuk lil ‘aqil dan jamak untuk li ghairil ‘aqil.
Jamak lil ‘aqil, jamak untuk yang berakal, pada dasarnya ada 2 (dua): Jamak mudzakkar salim, dan Jamak muannats salim.
🚹 Kalau ‘aqilnya laki-laki, maka jamaknya jamak mudzakkar salim,
🚺 kalau ‘aqilnya perempuan/wanita maka jamaknya jamak muannats salim.
🔰Dan kalau untuk li ghairil ‘aqil, untuk yang tidak berakal, maksudnya yang kata benda, umumnya jamaknya adalah jamak taksir.
Baik kita bahas satu per satu:
1⃣.Jamak mudzakkar salim
🍁Sama dengan tatsniyah dari sisi ada 2 (dua) rumus: 🅰. Ditambahkan –uuna
🅱. Ditambahkan –iina
Dan jamak mudzakkar salim ini *hanya berlaku bagi mudzakkar yakni untuk laki-laki dan untuk yang ‘aqil, untuk yang berakal.*
Artinya kalau:
Ini li ghairil ‘aqil, tidak boleh kita katakan:
Tapi ini untuk yang berakal dan laki-laki. ©Contohnya tadi:
❌ قَلَ ٌم ق َ ل َ ُم و َن ❌
💡 ُم س ِل ٌم
“seorang muslim”
Kalau kita ingin mengatakan “orang-orang muslim”, banyak, maka ditambahkan –uuna.
Atau ditambahkan –iina:
. ُمس ِل ٌم Ini dua bentuk jamak mudzakkar salim untuk Kemudian kita ambil contoh lagi:
“seorang yang beriman”
Kalau kita ingin membuat jamaknya, maka kita katakan:
⬅ ُم س ِل ُم و َن ⬅ ُمسِلِميَن
💡 ُم ؤ ِم ٌن ⬅ ُمؤِمنُوَنatau ُمْؤِمِنْيَن
Dengan menambahkan –uuna atau –iina.
Lalu bagaimana dengan ٌُم ْؤ ِمنَة , “seorang mu’minah” dan ٌُمس ِل َمة , “seorang muslimah”❓
Karena ia muannats maka jamaknya bukan jamak mudazakkar salim, tetapi jamaknya muannats salim.
Begitu pula dengan kata:
Karena dia lighairil ‘aqil, maka kita tidak boleh mengatakan:
❌ قَلَ ٌم dan ِكتَا ٌب
❌قَلَُمْوَنdan ِكتَابُْوَن . Tapi karena قَلَ ٌم dan ِكتَا ٌب ligairil ‘aqil, maka jamaknya nanti jamak taksir.
!!Jadi jamak mudzakkar salim ini hanya berlaku untuk: ✅.Mudzakkar
✅.🖍Lil ‘aqil, artinya bukan kata benda.
!!Rumusnya: –uuna dan –iina
2⃣.Jamak muannats salim
Adalah jamak yang diperuntukkan untuk muannats, artinya untuk mudzakkar tidak boleh kita ubah menjadi jamak muannats salim, tapi kalau untuk mudzakkar jamaknya jamak mudzakkar salim.
Tapi untuk muannats seperti:
ُمْسِلَمةdanٌُمْؤِمنَةٌ ، Maka ketika ingin mengubah ke bentuk jamaknya kita ubah ke bentuk jamak muannats.
©Misalnya:
Kita ubah ke dalam bentuk jamak muannats salim.
!!Rumusnya adalah:: –aatun. Belakangnya ditambahkan –aatun. Asalnya:
ُم س ِل َم ة ٌ
💡 ُم س ِل َم ة ٌ
Kita panjangkan mim-nya:
⬅ ُمسِلَما ٌت Itu jamak muannats salim, yakni dengan memanjangkan mim-nya dan ditambahkan ta’
Kita ubah ta’ marbuthah menjadi ta’ biasa atau ta’ ta’nits, ُمس ِل َما ٌت menjadi , ُمس ِل َمةٌ Asalnya
biasa. *–aatun*.
Maka kita panjangkan akhiran menjadi:
💡 ُم ْؤ ِمنَةٌ ⬅ ُم ْؤ ِم ن َ ا ٌت
Akan tetapi memang untuk membentuk jamak muannats salim ini, yang paling mudah kita
ubah dulu menjadi mudzakkarnya. Misalkan:
ُم ْؤ ِم ٌن Ini kan muannats, mudzakkarnya adalah
Ini lebih mudah, jadi tinggal menambah ُم ْؤ ِم ٌن dengan –aatun, menjadi:
Begitupun
ُمس ِل ٌم maka kita ubah dulu ke mudzakkar Kemudian tambahkan –aatun::
Cara seperti ini lebih mudah. Ini rumus untuk jamak muannats salim.
💡 ُم ْؤ ِمنَةٌ ⬅ ُم ْؤ ِم ن َ ا ٌت 💡 ُمسِلَمةٌ ⬅ ُمسِلَما ٌت
Artinya ketika kita ingin mengatakan “sekumpulan orang wanita” di depan masjid, misalkan ada “para muslimah” sedang berdiri di depan masjid, maka kita tidak boleh mengatakan:
ا ل ُم ْس ِل ُم ْو َن أ َم ا َم ا ل َم ْس ِج ِد ❌ ا ل ُم ْس ِل َم ا ُت أ َ َم ا َم ا ل َم ْس ِج ِد ✅
ا ل ُم ْس ِل ُم ْو َن أ َم ا َم ا ل َم ْس ِج ِد ✅ Ini penggunaan/pengaplikasian jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim di
kalimat/percakapan sehari-hari.
3⃣.Jamak taksir
Jamak taksir ini sesuai dengan namanya, taksir, artinya pecah-pecah.
Jamak taksir tidak memiliki rumus, berbeda dengan jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
Lalu bagaimana kalau tidak ada rumusnya❓
Maka jalan satu-satunya adalah dengan menghafal.
Tetapi kita katakan:
“para muslimah itu di depan masjid”
Tapi kalau yang berkumpul itu laki-laki semuanya, maka kita katakan:
©Contoh misalkan:
“sebuah pulpen” Jamak taksirnya
“pulpen-pulpen” Kemudian
Jamaknya adalah:
💡قَلَ ٌم ⬅ أ َ ْق َلا ٌم
💡ِكتَا ٌب ⬅ ُكتُ ٌب
Kita lihat antara ُكتُ ٌب dan أَ ْق َلا ٌم sangat jauh sekali, artinya tidak ada persamaan, tidak ada rumusnya.
Kalau ada rumusnya harusnya kalau:
🍃ِكتَا ٌبmenjadi ُكتُ ٌب 🍃قَلَ ٌم menjadi أَ ْق َلا ٌم
ِكتَا ٌبmenjadi ُكتُ ٌب قَلَ ٌم menjadi قُلُ ٌم ❌
Tapi karena jamak taksir tidak memiliki rumus, maka jalan satu-satunya adalah kita banyak-banyak menghafal jamak taksir, kita harus menghafal jamaknya pulpen apa
🍃قَلَ ٌم menjadi أَ ْق َلا ٌم 🍃ِكتَا ٌبmenjadi ُك ُت ٌب
Dan jamak taksir ini pada dasarnya berlaku untuk isim lighairil ‘aqil, untuk kata-kata yang tidak berakal, yakni kata benda, ini hukum asalnya.
!!Jadi::
📋 Namun perlu dicatat bahwa tidak semua kata yang termasuk lighairil ‘aqil, kata benda, jamaknya adalah jamak taksir. Begitupun tidak mesti seluruh yang ‘aqil jamaknya jamak mudzakar salim. Ada juga isim lil ‘aqil yang jamaknya jamak taksir.
Baik kita kasih contoh, kata-kata yang tidak masuk di dalam peraturan dasar. Ingat❗
Bahwa peraturan dasarnya, kalau jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim ini untuk lil ‘aqil. Sedangkan jamak taksir hukum asalnya untuk lighairil ‘aqil.
Tapi pada kenyataannya:
🅰.Tidak semua ghairul ‘aqil jamaknya jamak taksir, dan ada beberapa isim lil ‘aqil yang jamaknya jamak taksir.
©Contohnya:
💡 َش َج َر ة ٌ Memiliki bentuk jamak taksir, karena ٌَش َج َرة termasuk lighairil ‘aqil. Jamak taksirnya adalah:
Artinya “pohon”.
✅ أ َ ْش ج ا ٌر Tetapi kita juga akan menemukan bahwa selain ٌَش َج َرة ini memiliki jamak taksir, ia juga
memiliki bentuk jamak muannats salim:
✅ َش َج َر ا ٌت Ini salah satu contoh bahwa isim lighairil ‘aqil tidak selamanya jamaknya jamak taksir tapi
“pohon-pohon”
bisa jadi ia memiliki bentuk jamak muannats salim. Contohnya
Artinya adalah “daun-daun”. Jamak taksirnya adalah
Jadi ia memiliki jamak taksir أَ ْو َرا ٌق, artinya “daun-daun (jamak)” Tetapi selain itu dia juga memiliki jamak muannats salim. َو َرقَةٌ Asalnya
َش َج َرةٌ menjadi َش َج َرا ٌت 💡 َو َر ق َ ة ٌ
✅ أ َ ْو َر ا ٌق . ⬅ َو َرقَا ٌت
Ini membutikan bahwa lighairil ‘aqil tidak selamanya jamaknya jamak taksir, tapi ada juga jamak muannats salim.
Dan memang ada kaidah tambahan bahwa:
❗Untuk kata benda yang akhirnya ada ta’ marbuthahnya (yang muannats), maka jamaknya boleh jamak muannats salim.
َش َج َرا ٌت menjadi َش َج َرةٌٌ 💧Asalnya َو َرقَا ٌت menjadi َو َرقَة 💧Asalnya
Meskipun hukum asalnya ٌَش َج َرة dan ٌَو َرقَة , jamaknya jamak taksir. Ini contoh penyimpangan dari kaidah dasar.
Seperti nama sebuah kitab Ushul Fikih, karangan Imam al Juwani, al Waraqaat. Ini jamaknya jamak muannats salim.
🅱.Isim lil ‘aqil yang jamaknya bukan jamak mudzakkar salim, tetapi ia memiliki bentuk lain selain bentuk jamak mudzakkar salim.
©Contohnya:
Artinya adalah “ seorang penuntut ilmu/pencari ilmu” Selain ia memiliki bentuk jamak mudzakkar salim:
Tapi ia juga memiliki jamak taksir:
Begitu dengan kata:
Artinya “seorang pekerja”
Selain ia memiliki bentuk jamak mudzakkar salim:
Ia juga memiliki bentuk jamak taksir, yaitu:
Artinya sama dengan َعا ِملُ ْو َن , “pekerja-pekerja”.
💡 َط ا ِ ل ٌب ⬅ َطاِلبُْوَن
⬅ ُط َّلا ٌب 💡 َعا ِم ٌل
⬅ َعاِملُْوَن ✅ ُعَّماٌل
ini saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa hukum asalnya jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim ini untuk lil ‘aqil. Dan jamak taksir hukum asalnya untuk lighairil ‘aqil. Tetapi ada beberapa kata yang dia memiliki dua bentuk sekaligus, yakni selain dia memiliki bentuk salimnya, dia juga memiliki bentuk taksirnya.
Ini catatan kaidah saja.
Baik, saya rasa untuk materi dars yang ke-tujuh cukup sampai disini.
:: ُخ َلا َصة/📋Sebelum saya tutup, saya ingin memberikan kesimpulan
1⃣.Bahwa berdasarkan jenis, isim dibagi menjadi isim mufrad, isim tatsniyah, dan isim jamak.
2⃣.Isim mufrad ini adalah kata asal, dan isim mufrad ini bisa kita bagi menjadi lil ‘aqil, dan li ghairil ‘aqil, dan bisa kita bagi menjadi mudzakkar dan muannats.
3⃣.Isim tatsniyah, cara merubahnya mudah, tinggal ditambahkan –aani, atau –aini, dan ini berlaku untuk seluruh isim mufrad, apakah isim mufradnya mudzakkar muannats, lil ‘aqil, ligairil ‘aqil, seluruh tatsniyahnya ditambahkan –aani atau –aini.
4⃣.Jamak:: dibagi menjadi 3 (tiga):: jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, dan jamak taksir.
5⃣.Kalau lil ‘aqil hukum asalnya jamak mudzakkar salim atau jamak muannats salim, tinggal kita lihat kalau mudzakkal lil ‘aqil jamaknya jamak mudzakkar salim, kalau muannats lil ‘aqil, jamaknya jamak muannats salim.
6⃣.Jamak mudzakkar salim: rumusnya adalah: –uuna atau –iina, ُمس ِل ُم ْو َن/ ُمس ِل ِم ْي َن menjadi
ُم ْؤ ِمنُ ْو َن/ ُم ْؤ ِم ِن ْي َن menjadi Ada dua.
🔅 ُم س ِل ٌم 🔅 ُم ْؤ ِم ٌن
7⃣.Jamak muannats salim: rumusnya ada satu: yakni ditambahkan –aatun
Yang paling mudah muannatsnya kita ubah ke bentuk mudzakkar, yakni dibuang dulu ta’ marbuthahnya, kemudian tambahkan –aatun.
Contohnya
ُمس ِل َما ٌت ,tambahkan –aatun , ُمس ِل ٌم dibuang ta’ marbuthah-nya menjadi ُم ْؤ ِمنَا ٌت ,tambahkan –aatun , ُم ْؤ ِم ٌن dibuang ta’ marbuthah-nya, menjadi
🔆 ُم س ِل َم ة ٌ 🔆 ُم ْؤ ِمنَةٌ
8⃣.Jamak taksir: berbeda dengan jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim, kalau jamak taksir tidak memiliki rumus, artinya kita harus menghafal satu per satu dari setiap kata.
©Contohnya:
💠 قَلَ ٌم jamaknya أَ ْق َلا ٌم 💠 ِكتَا ٌبjamaknya ُكتُ ٌب
Jadi mau tidak mau kita harus menghafal sedikit demi sedikit perubahan kata jamak taksir, dari setiap kata.
9⃣.Ada penyimpangan. Dalam prakteknya, kita juga menemukan kata-kata yang menyelisihi kaidah asal ini. Ada kata benda yang jamaknya jamak muannats salim, khususnya untuk kata benda yang muannats. Kata benda yang muannats jamaknya selain jamak taksir, dia juga jamaknya jamak muannats salim.
🔟.Kemudian ada juga kata yang lil ‘aqil, khusunya untuk kata yang mudzakkar, yang jamaknya bukan jamak mudzakkar salim saja, tapi ada bentuk jamak taksirnya.
©Contohnya tadi kemudian
Saya rasa cukup untuk pelajaran yang ketujuh ini. Semoga bermanfaat.
َطاِل ٌب– ُطَّلا ٌب َعاِمٌل– ُعَّماٌل.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لً إله إلً أنت، أستغفرك وأتوب إليك والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
Komentar
Posting Komentar