belajar orto

Pembagian maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle yaitu:
a. Maloklusi Angle Kelas I
Maloklusi Angle Kelas I disebut juga Neutroklusi dan ditandai dengan hubung- an anteroposterior yang normal antara rahang atas dan rahang bawah. Tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas terletak pada celah bukal gigi molar permanen pertama bawah, sedangkan gigi kaninus atas terletak pada ru- ang antara tepi distal gigi kaninus bawah dan tepi mesial gigi premolar pertama bawah (Moyers, 1969).
b. Maloklusi Angle Kelas II
Maloklusi Angle Kelas II disebut juga Distoklusi. Ditandai dengan celah bukal gigi molar permanen pertama bawah yang terletak lebih posterior dari tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas. Kelas II Angle dikelompokkan lagi dalam 3 golongan, yaitu :
(i) Divisi 1 : hubungan molar distoklusi dan inklinasi gigi-gigi insisivus rahang atas ke
labial (extreme labioversion).
(ii) Divisi 2 : hubungan molar distoklusi dan gigi insisivus sentral rahang atas dalam
hubungan anteroposterior yang mendekati normal atau sedikit
linguoversi, sementara gigi insisivus lateral bergeser ke labial dan mesial. (iii) Subdivisi : hubungan molar distoklusi hanya terjadi pada salah satu sisi lengkung gigi
(Moyers, 1969).
 c. Maloklusi Angle Kelas III
Maloklusi Angle Kelas III ditandai dengan hubungan mesial antara rahang atas dan rahang bawah. Lengkung gigi rahang bawah terletak dalam hubungan yang lebih mesial terhadap lengkung gigi rahang atas. Celah bukal gigi molar per- manen pertama bawah terletak lebih anterior dari tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas (Moyers, 1969).

Maloklusi kelas I Angle dibagi atas lima tipe ( Dewey ), yaitu :
Tipe 1 : Gigi anterior berjejal (crowding) dengan kaninus terletak lebih ke
labial (ektopik).
Tipe 2 : Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau
protrusif.
Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior (crossbite anterior) karena
inklinasigigiataske palatinal.
Tipe 4 : Terdapat gigitan bersilang posterior.
Tipe 5 : Gigi posterior mengalami pergeseran ke mesial (mesial drifting) .

Overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-gigi insisivus atas dan bawah.

Overjet adalah jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi, yang diukur pada ujung incisal insisvus atas. 

Scissors bite merupakan kondisi saat permukaan palatal gigi berkontak dengan permukaan bukal gigi rahang bawah. 

Crossbite anterior merupakan suatu kondisi yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian hubungan antara gigi anterior rahang atas dan rahang bawah saat oklusi di mana gigi rahang atas berada lebih ke lingual daripada gigi rahang bawah.
 

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan berikut, malposisi gigi dapat didiagnosis sebagai berikut :

  • Elongasi atau ekstrusi atau supraversi atau supraklusi, yaitu keadaan di mana gigi lebih tinggi dari garis oklusi.

  • Depresi atau intrusi atau infraversi atau infraklusi, yaitu keadaan di mana gigi lebih rendah atau tidak mencapai bidang oklusi.

  • Transversi, yaitu posisi gigi berpindah dari kedudukan normal. Macam- macam transversi :

    • Mesioversi : gigi lebih ke mesial dari normal.
    • Distoversi : gigi lebih ke distal dari normal.
    • Bukoversi : gigi lebih ke bukal dari normal.
    • Palatoversi : gigi lebih ke palatinal dari normal.
    • Linguoversi : gigi lebih ke lingual dari normal.
    • Labioversi : gigi lebih ke labial dari normal.
    • Transposisi : gigi berpindah posisi erupsinya di daerah gigi lainnya.

    Contoh : gigi kaninus erupsi di sebelah distal premolar pertama, dan gigi premolar pertama erupsi di sebelah distal insisivus lateral. Jadi posisi gigi kaninus dan premolar pertama bertukar tempat. Dengan demikian dikatakan bahwa gigi kaninus dan premolar pertama mengalami transposisi.

    • Aksiversi : gigi seakan berpindah, tapi ujung sumbunya pada akar tetap.
    • Torsiversi : gigi berputar terhadap sumbunya, tapi kedua ujung sumbu tidak berubah.

Untuk keadaan ini harus dilihat : sisi mana dan ke arah mana gigi tersebut berputar.
Contoh :

  • Mesiolabio torsiversi, artinya tepi atau sisi mesial berputar ke arah labial.
  • Distopalato torsiversi, artinya tepi atau sisi distal berputar ke arah palatinal.

Catatan : Aksiversi tidak sama dengan torsiversi.

Contoh :

  • Mesiolabioversi, artinya posisi gigi di sebelah mesiolabial (berada lebih mesial dan labial dari posisi normalnya)
  • Mesiolabio torsiversi, artinya posisi gigi pada tempatnya , tapi sisi mesial berputar ke arah labial

image
Gambar a) mesioversi, b) distoversi, c) bukoversi, d) palatoversi e) labioversi, f) transposisi, g) mesiolabio torsiversi h) distopalato torsiversi

 

Orthodontic Lepasan:
Aktif: Labial arch 0,7, finger spring, plat ekspansi
Pasif: Labial arch 0,8, base plate, peninggi gigitan pada akrilik
Retentif: adam klamer utk retentif
Penjangkar: verkeilung
 
m1 belum erupsi sempurna menggunakan arrowhead clasp seperti cengkram

Mengapa ditanya umur dan jenis kelamin?
karena untuk growth spurt / percepatan pertumbuhan gigi dilihat dari vertebra servikal.

growth spurth pada wanita dimulai usia 10-12 tahun, sedangkan pada laki-laki usia 12-14 tahun 

FREE WAY SPACE ( FWS )
Adalah : Jarak inter-oklusal ( interoclusal clearence ) pada saat mandibula dalam posisi istirahat.
Cara Pengukuran :
1. Penderita didudukkan dalam posisi istirahat. Pasien diinstruksikan untuk rileks dan mengucapkan huruf M ( rest position ), kemudian ditarik garis
yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior)
dan dihitung berapa jaraknya.
2. Penderita dalam keadaan oklusi sentris (pasien diinstruksikan untuk menelan ludah, lidah ke langit2/rugae) , kemudian ditarik garis yang
menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan
dihitung berapa jaraknya.
3. Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi
sentris.
Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 - 3 mm.
Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian peninggian gigit di-posterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior.
Apabila FWS ≥ tumpang gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior Apabila FWS < tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.

Free way space :
Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui
berapa besar jarak in-terocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan pada perawatan nanti. Cara pengukuran :
a) Pasien duduk tegak pandangan lurus kedepan sejajar lantai.
b) Dengan spidol beri tanda posisi titik:Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog).
c) Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan jangka sorong (sliding caliper)
ukurlah jarak Sn - Pog.
d) Kemudian pasien diinstruksikan oklusi sentrik, ukur lagi jarak Sn - Pog.
e) Catatlah selisih pengukuran tadi. Besar free way space normal 2- 4 mm.
 

overbite diperlukan karena
FWS> peninggi gigitan maka tdk perlu peninggi gigitan posterior
FWS< peninggi gigitan maka perlu peninggi gigitan posterior

PATH OF CLOSURE
Adalah : Gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris. Normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang. Tidak normal apabila terdapat :
o deviasi mandibula
o displacementmandibula Cara Pemeriksaan :
1. Penderita didudukkan pada posisi istirahat ( rest position), dilihat posisi garis mediannya.
2. penderita diinstruksikan untuk oklusi sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya.
Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran (sliding) BERARTI tidak ada gangguan path of closure.
Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran (sliding) BERARTI terdapat gangguan path of closure.

Leeway space adalah ruang yang timbul akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi pada pergantian gigi kaninus, molar pertama dan molar kedua desidui oleh kaninus, premolar pertama dan premolar kedua. Rahang atas: 0,9. Rahang bawah: 1,2

Primate Spaces (Celah Primata)
Celah yang terdapat di antara gigi – gigi sulung merupakan suatu karakteristik dan diperlukan untuk mempersiapkan tempat yang dibutuhkan untuk gigi insisivus permanen. Sekitar 70% anak memiliki celah pada bagian anterior ini. Celah yang paling lebar disebut sebagai celah primata, yakni berlokasi di antara gigi insisivus lateral dan kaninus sulung, serta di antara kaninus sulung dan molar satu sulung. Lebar celah ini diperkirakan 0 – 3 mm. Apabila tidak ditemukan adanya celah primata pada gigi sulung, atau bahkan susunan gigi sulungnya telah berdesakan, maka dapat dipastikan susunan gigi permanennya akan berdesakan (English, J. Dkk., 2013). sekitar umur 4 thn
Gambar 1. A. Adanya celah primata akan berdampak pada cukupnya ruang untuk pertumbuhan gigi permanen. B. Susunan gigi sulung yang berdesakan akan berdampak pada susunan gigi permanen yang berdesakan pula (English, J. Dkk., 2013).

Ugly Duckling
Spacing midline yang berhubungan dengan erupsi gigi kaninus permanen dapat terlihat pada periode gigi bercampur. Keadaan ini disebut sebagai ugly duckling stage. Spacing ini terjadi karena benih gigi kaninus yang sedang berkembang menggeser akar gigi insisif lateral ke mesial. Gaya ini kemudian diteruskan ke insisif sentral sehingga mahkota gigi-gigi insisif memencar dan terlihat seperti diastema sentral/diastema fisiologi. Setelah gigi kaninus erupsi, keadaan ini akan terkoreksi dengan sendiri (Iswari, 2013). terli
 
Kelainan i permanen dan lateral: Disto versi : semakin brtmbh wktu rahang pasien semakin besar, gigi i central sdh erupsi padahal rahangnya semakin besar shngga diastema trlihat lbh nyata

Relasi desidui berdasarkan molar kedua sulung (m2 rahang atas dan rahang bawah sejajar)

Mouth Breathing tandanya open bite anterior dan palatum dalam


Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya pernafasan mulut, yaitu :
(i) Kontrol Alar musculature (Refleks alanasi)
Pernafasan yang normal lewat hidung menghasilkan refleks otot-otot cuping hidung (alanasi) yang baik. Saat menarik nafas, secara refleks cuping hidung bergerak dan lubang hidung melebar (refleks alanasi positif), sedangkan pada penderita pernafasan mulut, refleks alanasi negatif (Salzmann, 1957; Moyers, 1969).
(ii) Kaca mulut 2 arah
Fungsi hidung pada penderita pernafasan mulut dapat diketahui dengan cara menempatkan kaca mulut 2 arah di bagian bibir atas. Bagian bawah kaca yang berembun, merupakan indikasi bahwa pasien bernafas lewat mulut (Moyers, 1969).
(iii) Test Cotton Butterfly
Percobaan untuk mengetahui apakah pada saat pasien menarik nafas, aliran udara masuk melalui hidung atau tidak. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kapas tipis yang bagian tengahnya dipelintir hingga berbentuk menyerupai kupu-kupu, dan ditempelkan pada filtrum. Amati masing-masing sayap di depan lubang hidung waktu pasien menarik nafas. Kapas tidak bergetar menandakan tidak ada aliran udara pernafasan lewat hidung (pasien bernafas lewat mulut), sedangkan jika kapas bergetar, berarti pasien bernafas lewat hidung (Moyers, 1969).

Multiple diastema itu diastema di seluruh anterior dan posterior. Klo cuman anterior aja sebenernya dinamakan diastema anterior


Thumb asucking: tandanya palatum tinggi

open bite anterior ra

rahang bawah crowding, retrusif


Ekstra Oral 

1) Kepala :

Dengan jangka bentang (spreading caliper) ukurlah :

Panjang kepala (jarak Glabella - Occipital) :___________mm

Lebar kepala (jarak horisontal terlebar antara puncak Supramastoidea dan Zygomatik kanan dan kiri) :____________mm

Indeks kepala : Lebar kepala maksimum X 100 Panjang kepala maksimum

 

Kesimpulan : Indeks  74,9

75,0 -- 79,9  80,0

2) M u k a :

Dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah :

Panjang muka (jarak vertikal Nasion - Gnathion) :____________mm Dengan jangka sorong ( spreading caliper ), ukurlah :

Lebar muka ( jarak antara zygomatik kanan dan kiri ) :____________mm

 Indeks muka : Tinggi muka (jarak vertikal Gn-Na) X 100 : Lebar bizygomatik

Bentuk Kepala

dolikosefali mesosefali brakisefali

   Kesimpulan

Indeks

Bentuk Muka

hiper euriprosop euriprosop mesoprosop leptoprosop hiperleptoprosop

  3) Profil muka :

X -- 79,9 80,0 -- 84,9 85,0 -- 89.9 90,0 -- 94,9 95,0 -- Y

Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien berpe-ngaruh terhadap penampilan wajah pasien.

Pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan sejajar lantai, amati profil muka pasien dari samping tegak lurus bidang sagital. Amati titik - titik : Glabela ( G ), Bibir atas ( Ulc ), Bibir bawah ( Llc ), Pogonion ( Pog ).

Garis G - Ulc dan Llc - Pog membentuk  Profil muka cembung atau  Profil muka lurus

atau  Profil muka cekung Keterangan mengenai berbagai analisis profil muka dapat dibaca pada buku ajar


Blanch tes : Tapahan dalam blanch test:8 1. Bibir ditarik secara superior dan anterior. 2. Jika terlihat pucat di daerah interdental maka merupakan indikasi dari serat frenulum yang melintasi alveolar ridge. 3. Blanch test dapat dikolaborasikan dengan regio IOPA yang menunjukkan sedikit irisan radiolusen atau notch di daerah alveolar ridge interdental. Tinggi: di margin gingiva dan attach gingiva: sedang di attach gingiva saja. rendah: mukosa alveolar

Metode Pont :

Analisis dengan metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen, digunakankan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kearah lateral di regio interpremolar pertama dan intermolar pertama. Dengan lebar mesiodistal 2112 sebagai prediktor dilakukan untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter P1 dan inter M1 yang ideal untuk menampung gigi. Dengan membandingkan lebar lengkung gigi pasien yang ada pada model studi maka dapat diketahui bahwa per- tumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien di regio P1 dan M1 kearah lateral: normal , kurang ( kontraksi ) atau berlebihan ( distraksi ) .

 Ukur lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas, jumlahkan dan catat pada formulir pemeriksaan. Hitung lebar lengkung gigi P1 - P1 dan M1 - M1 yang dibutuhkan dengan melihat tabel (indeks Pont) atau lebih tepat secara individual jika dihitung dengan rumus

1) P1- P1 = Jumlah lebar 21l12 dibagi 80 dikalikan 100, catat pada formulir. Ukur lebar P1- P1 pada model dengan mengukur lebar titik terdistal cekung mesial gigi P1 atas kanan dan kiri, jika P1 atas tidak ada atau malposisi bisa diukur jarak puncak tonjol bukal gigi P1 bawah kanan dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, beri keterangan.

2) Lebar M1 - M1 yang dibutuhkan = Jumlah lebar mesiodistal 21l12 dibagi 64 dikalikan 100, catat pada formulir. Pada model studi ukur lebar lengkung M1- M1 dengan mengukur jarak titik cekung mesial M1 atas kanan kiri, jika gigi M1 sudah dicabut atau malposisi ukur jarak puncak tonjol sentral pada sisi paling bukal gigi

 

bawah kanan dan kiri. Catat dan hitung diskrepansi lengkung tersebut dan beri

keterangan.

3) Derajat kontraksi atau distraksi sampai 5 mm termasuk ringan, 5 - 10 mm sedang

dan lebih besar dari 10 mm termasuk berat.



Metode Korkhaus :

Seperti pada metode Pont, metode Korkhaus dimaksudkan untuk mengetahui tinggi leng-kung gigi yang ideal untuk pasien dengan lebar gigi 21l12 sebagai prediktor.

 Tetapkan tinggi lengkung gigi yang ideal melalui tabel Korkhaus, catat pada formulir.

Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada model studi dengan salah satu

cara sbb. :

1) Memakai Orthocross (alat ukur Korkhaus) > Dengan alat ini selain dapat

mengetahui tinggi lengkung gigi juga dapat mengetahui tinggi lengkung basal pasien dengan cara : Alat diletakkan pada permukaan oklussal gigi dengan posisi garis melintang tepat pada titik P1 kanan dan kiri Pont (titik terdistal cekung mesial). Kemudian penunjuk basal rahang didekatkan sampai menempel pada tepi terdepan basis alveolaris setinggi apeks gigi insisivus sentral (titik A Steiner), Catat hasil pengukuran tinggi lengkung basal pasien. Kemudian penunjuk (pointer) ditarik pelan-pelan ke posterior sampai se-tinggi permukaan labial gigi insisivus sentral atas, catat tinggi lengkung gigi pasien.

2) Memakai penggaris dan kaliper geser > Letakkan penggaris diatas permukaan oklusal gigi P1 kanan dan kiri tepat pada titik pengukuran Pont, dengan kaliper geser, pangkal pegangan ditempelkan pada permukaan labial didekat insisal gigi insisivus sentral kanan dan kiri (didaerah interdental) kemudian kaliper digeser membuka sehingga penunjuk pada pangkal pegangan mengcapai posisi penggaris. Catat hasil pengukuran pada formulir.

3) Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien dapat diketahui dengan membandingkan dengan data tabel (Indeks Korkhaus) > Apakah pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien kearah anterior : normal, protaksi atau retraksi ?

4) Dengan membandingkan tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal pasien dapat diketahui dikrepansi tinggi lengkung gigi-basal pasien, Ini merupakan inklinasi gigi insisivus sentral pasien yang diukur secara linier. Pengukuran ini berfungsi nanti pada analisis determinasi lengkung yaitu : Retrusi lengkung gigi rahang atas dapat dilaku-kan maksimal sampai posisi gigi insisivus atas tegak

  

yaitu sampai tinggi lengkung gigi sama dengan tinggi lengkung basal atau sebesar diskrepasi tinggi lengkung gigi-basal pasien.


Metode Howes :

Metode Howes juga digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi permanen yaitu untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan lengkung basal ( basis alveolaris ) pa-sien dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 - M1 sebagai pre-diktor.

1) Ukur lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 - M1 catat pada formulir pemeriksaan.

2) Ukur Lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P1 pada titik bagian

dalam tonjol bukal gigi P1 kanan kiri.

3) Hitung indeks Premolar pasien yaitu : Lebar inter P1 dibagi jumlah lebar

mesiodistal M1- M1 dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan

4) Ukur lebar lengkung basal dengan mengukur jarak inter fossa canina yaitu suatu

titik pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri.

5) Hitung indeks fossa canina pasien yaitu : Lebar inter fossa canina dibagi jumlah

lebar mesiodistal M1- M1 dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan.

Kesimpulan :

1) Agar supaya lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil indeks premolar sekurang-kurangnya 43%. Bagaimana dengan indeks pasien ?

2) Agar supaya lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44%. Bagaimana dengan indeks pasien ? Catat pada formulir pemeriksaan.

3) Apabila indeks fossa canina pasien kurang dari 37%, ini merupakan kasus dengan indikasi pencabutan.

4) Apabila indeks fossa canina didapatkan kurang dari 44% tetapi lebih besar dari 37% ini merupakan kasus meragukan, apakah merupakan kasus dengan inidikasi ekspansi atau pencabutan ? Periksa hasil analisis lainnya .

5) Apabila Indeks fossa canina lebih besar dari indeks premolar berarti inklinasi gigi-gigi posterior diregio premolar konvergen ini merupakan indikasi ekspansi. Bila lebih kecil berarti inklinasi gigi posterior divergen ini merupakan indikasi ekspansi

6) Bila ekspansi akan dilakukan, pada orang dewasa, maksimal hanya dapat mencapai indeks lebar lengkung gigi sama dengan indeks fossa canina ( inklinasi gigi posterior tegak ) yaitu sebesar 44% kali jumlah lebar mesiodistal

 

gigi-gigi M1- M1. Dapat dihitung berapa melimeter lagi ekspansi lengkung gigi dapat dilakukan ?


Determinasi lengkung gigi :

Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal mungkin dari lengkung mula-mula yang ada pada pasien.

 Bacamakalahcarapembuatanlengkungideal!


diagnosa stainer berdasarkan :

skeletal : sna, snb, anb

dental: ina, inb


analisis jaringan lunak

-menggunakan s line (titik tengah bawah hidung dengan pogonion) dibandingkan dengan bibir


Continous force : orto cekat

Intermitten Force: orto lepasan (dimana gaya yang diberikan pada gigi akan menjadi nol bila pasien tidak menggunakan alat ortodonti tersebut).

 

orto lepasan menghasilkan gerakan tipping


Untuk mengetahui penyebab deep over bite dengan analisis 


 Thompson – Brodie: Setelah diketahui jarak Sn – Titik dagu pasien pada posisi istirahat, pasien disuruh menggigit secara sentrik malam yang telah dilembekkan sampai mencapai jarak Sn – Titik dagu tersebut. Kemudian diukur over bite pasien :

1. Jika malam tergigit habis over bite normal maka deep overbite disebabkan oleh supra oklusi gigi anterior bawah.

2. Jika malam malam masih tebal dan overbite normal maka deep overbite disebakan oleh infra oklusi gigi posterior.

3. Jika malam tergigit habis dan over bite tetap besar maka deep overbite disebabkan oleh kombinasi supra oklusi gigi anterior bawah dan infra oklusi gigi posterior

34


• Instruksi pemakaian pada pasien :

- Pada deep overbite yang disebabkan oleh supraoklusi gigi anterior bawah alat tetap

dipakai pada waktu makan dan pada waktu tidak makan tetap digigit-gigit ringan agar

terjadi intrusi gigi antertior bawah lebih cepat dari elongasi gigi posterior.

- Pada deep overbite disebabkan oleh infra oklusi gigi posterior alat tetap dipakai pada

waktu makan tapi jangan digigitkan terlalu keras.

- Pada deep overbite yang disebabkan oleh infraoklusi gigi posterior alat dipakai pada

waktu makan agar terjadi keseimbangan antara intrusi gigi anterior bawah dan elongasi gigi posterior.

• Pemeriksaan setelah pemakaian :

- Tidak boleh menimbulkan rasa sakit pada persendian (TMJ).

- Untuk mengetahui hasil pemakaian :

1. Alat masih dipakai ukur jarak inter oklusal gigi posterior apakah ada pengurangan space ?.

2. Alat di lepas diukur overbite pasien, apakah ada pengurangan over bite?.

3. Jika over bite masih lebih besar dari normal sedangkan gigi psterior sudah kontak , maka ketebalan peninggi gigitan ditambah dengan melapisi dengan akrilik self curing

sampai kembali mencapai jarak inter oklusal gigi-gigi posterior 2 – 4 mm. .


Titik titik sefalometri

S:Sella tursika, adalah titik pusat geometrik dari  Pituitary fossa.

N:Nasion adalah titik yang paling anterior dari sutura  fronto nasalis atau sutura antara tulang frontal dan  tulang nasal.

Or:Orbitale, titik terendah dari dasar rongga mata yang  terdepan.

Titik A:Subspinale, adalah titik yang paling cekung dari  lengkung yang dibentuk antara spina nasalis anterior  dan prosthion.

Titik B:Supramental, adalah titik yang paling cekung  dari lengkung yang dibentuk antara infra dental dan  pogonion.

Po:Porion, adalah titik yang paling superior dari meatus  acusticus eksternus, menyinggung bidang frankfort.

Me:Menthon, titik terendah dari mandibular symphisis

Pg:Pogonion, adalah titik yang paling anterior pada  simfisis yang menyinggunge bidang fasial.

Go:wqGonion, adalah titik persimpangan antara garis  singgung ramus posterior dengan bidang mandibula


Go-Gn Sn: bidang mandibula terhadap cranium . cranium :SN. jarak SN kenapa terhadap cranium? karena stainer mnggunakan basis cranii. kenapa pake sella? karena sn lebih stabil. megode lain menggunakan frankfrut horizontal.  >besar perumbuhan kearah vertikal


Impa 90 (+-5):incisor mandibular plane angle: sudut yang dibentuk antara incisiv bawah dengan bidang mandibula. >besar labioversi sehingga perawatan dilakukan retraksi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

*🖊️10 Sebutan atau Laqab Huruf Hijaiyah dan Sebabnya*🖊️

Desain Preparasi Pasak

Perjalanan ke Rumah Ukhti Rinda^^