Menumbuhkan Rasa Malu
📝 Notulensi Silsilah Parenting Islami
☀️ MENUMBUHKAN RASA MALU
🎙 Ustadzah Imroatul Azizah حفظهاالله
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Ustadzah membuka majelis dengan pujian kepada Allah, shalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, muqodimah dan do'a-do'a.
📚 Doa bersyukur telah diberi petunjuk
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (kebaikan) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.”
📚 Doa memohon ilmu yg bermanfaat
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Allaahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon thoyyiban, wa ‘amalan mutaqobbalan.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima.
📚 Do’a dimudahkan segala urusan
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
‘Robbis rohlii rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’
[Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)
Alhamdulillaahil-ladzii bini'matihi tatimmush-shoolihaat, kita dikumpulkan kembali oleh Allah dalam keadaan sehat, mendengarkan majelis ilmu, jika kita banyak diberikan nikmat harus nya kita malu jika kita bermaksiat kepada Allah.
In syaa Allah hari ini kita akan membahas Bagaimana menumbuhkan rasa malu untuk anak-anak keturunan kita.
📚 MENUMBUHKAN RASA MALU
Sebelum membahas rasa malu dalam diri anak,kita harus mengetahui apa makna dari rasa malu? Kita orang tua adalah guru bagi anak-anak kita, dan anak-anak akan meniru orang tuanya.
Didalam islam tidak ada yang tidak dijelaskan walaupun perkara yang sepele, termasuk perkara malu. Agama yang paling sempurna yaitu agama islam. Dan hendaklah kehidupan kita tertuju kepada Allah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup)"
Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar matinya hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Rasa malu yang utama yaitu malu jika bermaksiat kepada Allah. Allah yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita, malulah jika kita bermaksiat kepada Allah.
🖇️ Keutamaan malu
▪️Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” [Muttafaq ‘alaihi]
▪️Malu adalah cabang keimanan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”
▪️Allah Maha pemalu.
Nama Allah Ta’ala yang maha indah ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua hadits yang shahih:
Dari Ya’la bin Umayyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang mandi di tanah lapang terbuka tanpa kain penutup, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ »
“Sesungguhnya Allah Ta’ala maha pemalu lagi maha menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia menutup (auratnya)“.
Berdasarkan hadits-hadits ini, para ulama menetapkan nama al-Hayiyyu (Yang Maha Pemalu) sebagai salah satu dari nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah.
Jika seorang hamba malu kepada Allah maka Allah pun akan malu kepada hamba Nya.
dalam hadits yang shahih dari Abu Waqid al-Laitsi, bahwa suatu hari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk di mesjid bersama para shahabat, datanglah tiga orang laki-laki. Lalu yang dua orang datang menuju (majelis) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan yang satu orang pergi. Kemudian kedua orang tersebut berdiri di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu salah seorang dari keduanya melihat ada tempat yang kosong pada halaqah tersebut maka dia pun duduk di tempat tersebut, sedangkan temannya duduk di belakang halaqah, sementara yang ketiga pergi meninggalkan (majelis tersebut).
Lalu setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai (menyampaikan nasehat kepada para shahabat) beliau bersabda: “Maukah kalian aku sampaikan tentang keadaan ketiga orang ini? Orang yang pertama berlindung kepada Allah (dengan bergabung ke dalam majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka Allahpun menerimanya (merahmatinya), orang yang kedua merasa malu kepada Allah maka Allahpun malu kepadanya, sedangkan orang yang ketiga berpaling (meninggalkan majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka Allahpun berpaling darinya”
Sesungguhnya (sifat) malu Allah adalah (sifat) malu (yang disertai) kemuliaan, kebaikan, kepemurahan dan keagungan. Maka sungguh Allah Ta’ala maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya.
sifat haya’ (malu) yang sesuai dengan kemahabesaran dan kemahasempurnaan-Nya, tidak sama dengan sifat malu yang ada pada makhluk-Nya, sebagaimana keadaan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan Allah Ta’ala lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS asy-Syuura:11).
Dan dalam sebuah atsar: Barangsiapa yang malu kepada Allah maka Allahpun malu kepadanya”
Dan sifat malu yang paling agung dan paling wajib untuk dilakukan adalah malu terhadap Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malulah kalian terhadap Allah dengan malu yang sebenarnya”. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh kami merasa malu kepada-Nya, alhamdulillah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukan itu (maksudnya), akan tetapi merasa malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya adalah dengan menjaga kepala dan (anggota badan) yang ada padanya (dari perbuatan maksiat), menjaga perut dan (anggota badan) yang berhubungan dengannya (dari perkara yang haram), dan (selalu) mengingat kematian dan kehancuran tubuh (dalam kubur), barangsiapa yang menginginkan (balasan kebaikan di) akhirat maka dia akan meninggalkan perhiasan dunia, maka siapa yang melakukan itu semua berarti dia telah merasa malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya”
Malu itu ada dua yaitu
1. Malu kepada Allah
2. Malu kepada manusia.
Jika seseorang memiliki rasa malu maka rasa malu tersebut bisa mengantarkan ke syurga. Dan rasa malu itu diawali dari orang tua nya jika orang tua memiliki rasa malu maka anak-anak pun akan meniru rasa malu tersebut.
Rasa malu itu semuanya mendatangkan kebaikan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إلاَّ بِخَيْرٍ.
“Malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.”
Malu yang harus di tumbuhkan dalam diri anak yaitu malu ketika auratnya nampak, dalam diri anak-anak harus di tumbuhkan wajib untuk menutup aurat. Pada masa ini banyak sekali perempuan yang bermudah-mudah menampakkan aurat nya. Ini sungguh menyedihkan karena telah hilang nya rasa malu dalam diri mereka.
Ajarkan dan ingatkan kepada anak-anak, kita harus malu jika aurat kita nampak, karena perintah menutup aurat ini adalah perintah Allah, kita malu jika bermaksiat dan tidak mentaati Allah. Sifat malu yang terpuji yaitu Malu jika bermaksiat kepada Allah.
🖇️ Sifat malu yang tercela yaitu
-malu untuk menuntut ilmu
Walaupun sifat malu itu terpuji, namun malu bisa menjadi tercela jika ia menghalangi seseorang untuk mendapatkan ilmu agama atau melakukan sesuatu yang benar. Para salaf mengatakan:
لا ينال العلم مستحى و لا مستكبر
“orang yang pemalu tidak akan meraih ilmu, demikian juga orang yang sombong”.
▪️Malu yang tercela juga yaitu malu untuk membaca al Qur'an, malu dikatakan alim jadi ia meninggalkan kebaikan. Ini malu yang tercela.
Jangan malu bertanya jika dengan bertanya mendapatkan kebaikan. Sebagaimana kisah ummu salamah, mereka tidak malu jika itu demi mendapatkan ilmu agama atau demi melakukan yang benar dan terhindar dari kesalahan dan dosa. Sebagaimana kisah Ummu Sulaim radhiallahu’anha, beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
يا رسولَ اللهِ ، إنَّ اللهَ لا يَستَحِي منَ الحقِّ ، فهل على المرأةِ غُسلٌ إذا احتَلَمَتْ ؟ فقال : ( نعمْ ، إذا رأتِ الماءَ
“wahai Rasullah, sesungguhnya Allah itu tidak merasa malu dari kebenaran. Apakah wajib mandi bagi wanita jika ia mimpi basah? Rasulullah bersabda: ‘ya, jika ia melihat air (mani)‘” (HR. Al Bukhari 6121, Muslim 313).
Permasalahan mimpi basah tentu hal yang tabu untuk dibicarakan. Namun lihatlah, Ummu Salamah radhiallahu’anha tidak malu menanyakannya demi mendapatkan ilmu dan demi melakukan hal yang benar. Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun tidak mengingkarinya. Karena andai ia tidak bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tentu ia tidak tahu bagaimana fiqih yang benar dalam perkara ini dan akan terjerumus dalam kesalahan.
🖇️ Ajaklah anak-anak berkisah para nabi bagaimana kebaikan dari sifat malu.
Mengajarkan anak anak rasa malu dengan berkisah, kisah Nabi Yusuf, kisah perempuan di zaman Nabi Musa dan kisah Umar bin khottob dengan anak pemggembala
▪️ Kisah perempuan di zaman nabi musa,
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tatkala ia menghadap ke arah negeri Madyan ia berdoa (lagi): ‘Mudah-mudahan Rabbku memimpinku ke jalan yang benar.’ Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: ‘Apakah maksud kalian (dengan berbuat begitu)?’
Kedua wanita itu menjawab: ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.’
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: ‘Sesungguhnya ayahku memanggilmu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.’ Maka tatkala Musa mendatangi ayah mereka dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Dia berkata: ‘Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.’Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai ayahku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’
Allah Ta’ala berfirman:
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu,” sambil menutupi wajahnya dengan sebagian pakaiannya. Ini menunjukkan kesempurnaan iman dan kemuliaan dirinya, bukan wanita yang “berani” (jalang), suka keluar masuk kepada laki-laki. sifat malu pada seorang manusia, terlebih pada seorang wanita, merupakan sifat yang paling luhur dan sangat agung. Rasulullah n bersabda:
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إلَّا بِخَيْرٍ
“Rasa malu itu tidaklah datang melainkan dengan membawa kebaikan.”
▪️Kisah nabi yusuf, yang tidak mau diajak maksiat karena rasa malu kepada Allah.
▪️Kisah umar bin Khaththab dengan gembala kambing. Kisah Umar bin Khattab dan penggembala kambing. Suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab RA mendengar ada seorang penggembala cilik yang jujur. Beliau pun tertarik untuk membuktikan kejujuran anak itu.
Suatu hari Amirul Mukminin menjumpainya ketika penggembala tersebut sedang menggiring domba-dombanya. Umar segera menegurnya, “Hai anak kecil! Kamu menggembalakan dombamu dengan sangat baik. Aku ingin membeli sebagian dari domba-dombamu yang sehat ini dengan harga dua kali lipat!”
Sang anak tidak mengetahui bahwa yang menegurnya itu adalah Amirul Mukminin karena pakaiannya sangat sederhana dan merakyat. Ia menjawab, “Maaf, Tuan, domba-domba ini bukan milikku! Aku tidak bisa menjualnya!”
Ternyata anak itu tidak tergiur dengan tingginya harga yang Umar tawarkan. Umar kembali membujuk, “Ia tidak akan tahu jika beberapa dombanya aku beli karena domba-domba peliharaannya begitu banyak!”
Dengan sifat kejujurannya itu, si penggembala cilik tidak bergeming. Ia berkata, “Tidak, ia akan tahu jika domba yang ia titipkan padaku berkurang jumlahnya!”
Umar tidak putus asa untuk menawarkan ide lain, “Katakan saja kepada majikanmu bahwa dombanya dimakan serigala!”
Sang penggembala cilik terdiam. Umar merasa bahwa kali ini ia berhasil meruntuhkan kejujuran sang penggembala cilik. Tiba-tiba anak itu berkata, “Mungkin majikanku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada domba-dombanya. Akan tetapi, Allah Maha tahu!” jawab penggembala cilik singkat.
Subhanallah, Umar begitu terharu melihat kejujuran seorang anak kecil penggembala domba tersebut. Amirul Mukminin segera menemui majikan anak itu dan membayar sejumlah uang untuk membebaskan penggembala jujur itu dari perbudakannya. Sang Amirul Mukminin pun melepasnya sebagai seorang hamba Allah yang merdeka.
*Dari kisah penggembala kambing, kita bisa ambil pelajaran ketika kita memiliki malu kepada Allah, maka kita akan malu untuk berbuat maksiat.
🖇️ Menanamkan rasa malu anak
1. Agar ia menjaga hijab nya. Karena ini akan menimbulkan rasa malu, dan Sifat rasa malu akan mendatangkan kebaikan bagi diri anak. Jika orang dicabut rasa malu maka ia akan menolak ketika di nasehati dan diajak kebaikan. Seperti Orang yang membantah ketika ada yang menasehati, ia mengatakan tidak usah mengurusi hidupku. Ini bantahan orang yang sudah hilang rasa malu. Rasa malu telah Allah cabut di dalam dirinya.
2. Jika anak-anak sudah baligh segera pisahkan tempat tidur mereka.
3. Ajarkan anak-anak nama asmaul husna.
Semoga Allah memberikan Taufik dan pertolongan untuk kita Mengasuh dan mendidik anak-anak keturunan kita dalam kebaikan. Aamiin Allahumma aamiin.
والله أعلمُ بالـصـواب
📝 Wellin Zarlin
Komentar
Posting Komentar