Catatan IPM
Dosis infeksi HSV neonatal
>=34 minggu 20mg/kgBB IV
3x sehari selama 21 hari
< 34 minggu 20mg/kgBB IV
2x sehari selama 21 hari
Dosis infeksi HSV pediatrik
<12 tahun 10mg/kgBB IV
3x sehari selama 7 hari
>=12 tahun 5-10mg/kgBB IV
3x sehari selama 5-14 hari
Dosis infeksi Varicella pediatrik
>=2 tahun dan <40kg 20mg/kgBB/dosis PO
4x sehari selama 5 hari (nggak boleh lebih dari 800mg/dosis)
>=40kg 800mg/dosis PO
4x sehari selama 5 hari
Duktus Salivarius
Duktus Intralobularis
Duktur interkalaris: menghubungkan asinus dan duktus striata, saluran terkecil, mengatur sekresi asinar, komponen elektrolit, mengangkut komponen makromolekul
Duktus striata: interkalaris yg menyatu, transport elektrolit, menyerap sodium dari saliva ke pembuluh darah
Duktus Intralobulus Ekskretorik: striata yang menyatu
Duktus Interlobularis dan Interlobaris: penyatuan intralobularis, penyatuan interlobularis (deket muara duktus)
Hipersensitivitas tipe I
Alergen berkontak dengan dendritic cell dan sel limfosit B mengaktifkan sel limfosit T naive dan T-helper 2. Sel limfosit B teraktivasi menjadi sel plasma. Sel plasma mensekresikan IgE yang akan berikatan dengan FceRI di sel mast yang memicu sintesis mediator inflamasi.
Hipersensitivitas tipe II
Sel target akan diselimuti oleh autoantigen di permukaan membran sel (proses opsonisasi), setelah itu sel target akan difagosit oleh neutrofil dan makrofag sehingga sel mengalami kerusakan.
Hipersensitivitas tipe III
Sel limfosit B berijatan dengan antigen bebas dalam sirkulasi darah. Sel B teraktivasi menjadi sel plasma. Sel plasma akan menghasilkan antibodi. Antibodi akan berikatan dengan antigen bebas dalam sirkulasi darah membentuk kompleks antigen-antibodi yang akan terikat dengan komplemen. Neutrofil akan berikatan dengan kompleks antigen-antibodi yang telah terlebih dahulu berikatan dengan komplemen sehingga neutrofil melepaskan enzim lisosomal yang akan merusak jaringan
Hipersensitivitas tipe IV
Antigen presenting cell akan mengaktifkan sel CD4 sehingga sel CD4 akan melepaskan sitokin pro inflamasi yang menginduksi cedera pada jaringan. Selain CD4, antigen presenting cell akan mengaktifkan sel CD8 sehingga sel CD8 (sitotoksik) akan menyebabkan kerusakan sel dan cedera jaringan
Tipe OLP
Retikular
lesi putih menjalar di mukosa kanan/kiri (Wickham Striae)
Erosive
Retikular + ulserasi/kemerahan, ada rasa sakit
Eritematous/Atrofik
Retikular + kemerahan tanpa ulserasi
Plaque-like
Retikular + seperti plak yang meninggi
Bullous
Anemia
Kalo anemia mikrositik (Defisiensi Besi) Hb, MCV, MCH, MCHC pasien turun, sifat anemianya mikrositik hipokrom, anisositosis, dan ada poikilositosis, sel cincin, dan sel pensil. Dari pemeriksaan kadar serum feritin ditemukan penurunan nilai kadar serum darah
Kebalikannya mikrositik, anemia makrositik (Defisiensi Asam Folat)
ini bagian dari anemia megaloblastik artinya terjadi
peningkatan ukuran sel darah merah yang ditandai dengan nilai MCV >100fL. Biasanya didapatkan neutrofil yang hiperpigmentasi
dan penurunan kadar serum folat
Ada yg namanya anemia aplastik. Jenis anemia ini karakteristiknya normositik normokrom kadang ada makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis, LED di pasien meningkat. Waktu perdarahan juga memanjang. Dari apusan darah tepi ditemukan hiposeluler sumsum tulang dengan kepadatan <25% banyak terisi lemak
Yang terakhir sering dibahas di soal itu anemia hemolitik, karakteristiknya Hb pasien<7g/dL, Retikulosit 200-600k/mikroliter, Sferositosis (+), dan Uji Coomb direct (+)
_________________
Hematokrit
Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5 Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi: Persentase sel darah merah tehadap volume darah total
Implementasi klinis:
di bawah normal: indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid
di atas normal: eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok
Hemoglobin
Nilai normal: Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
Deskripsi: kadar hemoglobin pada darah, berhubungan dengan kapasitas angkut oksigen darah
Implementasi klinis:
di bawah normal: anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan
di atas normal: hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi
Eritrosit
Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi: jumlah sel darah merah
Implementasi klinis:
di bawah normal: anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
di atas normal: polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi
Indeks Eritrosit
Mean Corpuscular Volume (MCV)
Nilai normal: 80 – 100 (fL)
Deskripsi: indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah, Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL)
Implementasi klinis:
di bawah normal: anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik
di atas normal: penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Nilai normal: 28– 34 pg/ sel
Deskripsi: nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik)
Implementasi klinis:
di bawah normal: anemia mikrositik
di atas normal: anemia makrositik
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
Nilai normal: 32 – 36 g/dL
Deskripsi: mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya
Implementasi klinis:
di bawah normal: pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik
di atas normal: sferositosis, bukan anemia pernisiosa
Leukosit
Nilai normal: 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi: jumlah sel darah putih
Implementasi klinis:
di bawah normal: Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3 mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan infeksi.
di atas normal: jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab leukopenia antara lain: Infeksi virus, hiperplenism, leukemia. obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
Anemia aplastik/pernisiosa, Multipel mieloma
Trombosit
Nilai normal: 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L
Deskripsi: jumlah keping darah
Implementasi klinis:
di bawah normal: idiopatik trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia syndrome
di atas normal: kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis rheumatoid
Laju Endap Darah
Nilai normal: Pria <15mm/1 jam Wanita <20mm/1 jam
Deskripsi: ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma
Implementasi klinis:
di bawah normal: polisitemia, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit, Hipofibrinogenemia, serum protein rendah Interaksi obat dengan hasil laboratorium: etambutol, kuinin, aspirin, dan kortison
di atas normal: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit Hodkin’s, gout, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED > 50mm/ jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein dalam serum dan protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid factor. Sedangkan peningkatan nilai LED >100mm/jam selalu dihubungkan dengan kondisi serius, misalnya: infeksi, malignansi, paraproteinemia, primary macroglobulinaemia, hiperfibrinogenaemia, necrotizing vaskulitis, polymyalgia rheumatic
_____________
Hipertiroidisme
takikardia, tremor, hipertensi sistolik, muscle weakness, kalo cewek bisa oligomenorrhea
Hipotiroidisme
berat badan bertambah, kulit kering, jaundice, motorik menurun, bentuk wajah coarse, makroglosia, bradikardia, edema, ascites (pembesaran perut)
Hiperparatiroid
Manifestasi skeletal seperti kehilangan tulang kortikal secara selektif, nyeri tulang dan sendi, chondrocalcinosis, terjadi osteitis fibrosa cystica
Hiperpituitarisme
keterlambatan kemunculan ciri seks sekunder, abnormalitas menstruasi, galaktorea, sama ginekomastia pada pria
Hipopituitarisme
defisiensi hormonal: hipotiroidisme (kelenjar tiroid mengecil dan melunak), adrenal insufisiensi, hipogonadisme, kehilangan rambut area aksila dan pubis pada wanita
____
Tipe I contohnya syok anafilaktik
Tipe II anemia hemolitik/erythroblastosis fetalis
Tipe III
Sistemik lupue eritematosus
Tipe IV stomatitis venenata, stomatitis medikamentosa,OLP, OLR, EM, SJS, Mucous Membrane Pemphygoid
Komentar
Posting Komentar